Senin 21 Apr 2014 13:51 WIB

Selayar di Tengah Peradaban

Rep: Andi Mohammad Ikhbal/ Red: Fernan Rahadi
Kepulauan Selayar
Foto: www.besttravelpictures.com
Kepulauan Selayar

REPUBLIKA.CO.ID, SELAYAR – Matahari baru berada pada titik 60 derajat di atas kepala. Waktu menunjukan sekitar pukul 10.00 WITA. Namun terik lapangan alun-alun kota di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan sudah terasa menyengat.

Sayangnya, kondisi tersebut tidak mengendurkan semangat masyarakat menyaksikan pertunjukan Hari Jadi Selayar ke-408 pada Selasa (3/12). Bahkan demi kearifan lokal, mereka mengenakan Baju Bodo, pakaian adat Bugis. Para wanita serempak mengibaskan kipas lipat untuk mengeringkan keringat yang mengucur deras di wajahnya.

“Selanjutnya dari Kecamatan Taka Bonerate,” kata seorang pembawa acara dari tengah podium. Sontak, para pengunjung pun bersorak dan bertepuk tangan.

Sekelompok orang dengan pakaian adat membawa spanduk mengelilingi lapangan. Lagu tradisional, tarian daerah dan aksi lokal adat setempat mengiringi rombongan festival. Tidak lama setelah barisan itu keluar, pembawa acara memanggil kecamatan lain dan pawai berlanjut dengan tampilan berbeda.

Ada 11 kecamatan yang membawakan budaya beragam. Kepualaun Selayar terdiri dari banyak suku seperti Bugis, Konjo, Melayu dan Chinese. Wilayah seluas 1357,03 kilometer persegi tersebut juga mempunyai banyak bahasa, namun disatukan oleh Bahasa Selayar.

Meski sudah berusia senja. Namun, belum terlihat perubahan signifikan pada pembangunan daerah. Anehnya, masyarakat sejahtera dengan kesederhanaannya. Rumah panggung dengan tiang dan tembok kayu masih menghiasi sepanjang jalan.

Tidak ada gadget atau telepon pintar di genggaman tangan mereka. Sebagian besar belum terpengaruh modernisasi. Istilah Blackberry messenger (BBM) atau Whatsapp yang menjadi tren orang-orang kota, tidak terkenal di sana.

Bupati Selayar, Syahrir Wahab mengatakan, selangkah lagi, kabupaten di ujung selatan pulau Sulawesi itu keluar dari cangkupan 199 daerah tertinggal. Peningkatan di sektor ekonomi dan pangan menjadi indikasi keberhasilan wilayah. Indeks pembangunan manusia (IPM) sudah mencapai 70,49. Angka pengangguran turun dari 8,20 persen menjadi 3,25 persen.

"Pertumbuhan ekonomi naik signifikan menempati posisi ketiga di Sulsel setelah Makasar dan Pangkep. Selain itu, akan dianggap keluar dari 100 daerah rawan pangan di Indonesia," kata Syahrir, Selasa (3/12).

Dia menambahkan, melalui percetakan sawah, penanaman benih unggul dan swasembada tani, daerahnya surplus beras sebanyak 2.756 ton di 2013. Dan selama empat tahun berturut-turut, Selayar mampu meningkatkan produksi beras di atas 5 persen.

Selain itu, Selayar tak lagi terisolasi karena adanya kemajuan infrastruktur laut dan udara. Seperti telah dibukanya penyeberagan Kapal Fery dari dermaga Pattumbukang ke Kayuadi, Jampe, Bonerate, dan Kalaotoa.

Wakil Bupati Selayar, Syaiful Arief menambahkan, paling lambat pada 2016, dengan adanya promosi Taka Bonerate, Kepalauan Selayar akan menjadi destinasi wisata terbesar Indonesia.

Sedangkan untuk kesiapan akses transportasi, kata Syaiful, Bandara H Aroepalla dalam proses pengerjaan hingga panjang mencapai 1.850 meter. Ke depan, dia merencakan bandara tersebut akan menjadi lokasi transit.

“Bandara H Aroepalla juga bisa menjadi bandara alternatif, bila Bandara Hasanuddin Makasar terkendala untuk landing pesawat,” ujar dia.

Syaiful menambahkan, pihaknya akan menyiapkan sektor perikanan untuk antisipasi kendala musim angin barat dan timur. Sebab, pada waktu tersebut nelayan kesulitan berlayar lantaran ombak besar.

"Solusinya, akan disiapkan gudang pengelolaan ikan sehingga masyarakat diajarkan untuk menangkap ikan bukan untuk menjualnya. Tapi diolah terlebih dahulu, agar musim angin tiba, stok ikan tetap tersedia," kata Syaiful.

Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, meski mampu meningkatkan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar tetap perlu mengevaluasi diri di sejumlah sektor seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

"Orientasi pemerintah adalah melayani rakyat, bukan dirinya sendiri," ujar Syahrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement