REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Provinsi Sulawewi Tengah (Sulteng) mencatat harga komoditas perkebunan di Palu saat kini bertahan atau sama seperti sebelumnya.
Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Sulteng, Toni Muhamad di Palu, Senin mengatakan berdasarkan hasil pemantaun di sejumlah pedagang hasil bumi di Palu, Senin, harga sejumlah komoditas perkebunan seperti kopi, kopra, cengkih dan kakao, sama dengan harga sepekan sebelumnya.
Misalnya harga kakao bertahan pada kisaran Rp32.000 per kilogram (kg), kopra Rp7.000 per kg, cengkih Rp145.000 per kg dan biji kopi robusta Rp27.000 per kg.
Ia mengatakan khusus harga kakao selalu mengikuti perkembangan pasar internasional dan juga pergerakan dolar AS.
Menurut dia, jika harga di pasar internasional atau dolar AS bergerak, dipastikan harga kakao dalam negeri, termasuk di Kota Palu ikut bergerak naik atau sebaliknya.
Sementara untuk harga biji kopi robusta, cengkih dan kopra harganya selalu mngikuti perkembangan harga dalam negeri. Selama ini sebagian besar cengkih dan kopra produksi petani Sulteng dipasarkan ke Surabaya untuk memenuhi kebutuhan pabrik rokok dan minyak goreng dalam negeri.
Sementara biji kopi robusta untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal di Sulteng.
Sejumlah petani di Kabupaten Sigi mengatakan harga kakao sekarang ini cukup bagus, tetapi hasil panen petani sangat kurang.
Huber SP, salah seorang petani di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi mengatakan hasil panen kakao di wilayahnya menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurunnya hasil panen buah kakao karena adanya hama.
Hal senada juga disampaikan Budi, petani asal Desa Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi.
Ia membenarkan jumlah buah kakao kurang akibat cuaca tidak menentu dan juga adanya serangan hama.