Rabu 16 Apr 2014 10:10 WIB

Dosen di Surabaya Rancang Alat Bantu Bagi Difabel

Penyandang difabel (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Penyandang difabel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dosen Jurusan Teknik Elektro di Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) Albert Gunadhi ST MT merancang desain dan implementasi alat bantu bagi pengguna kursi roda melewati anak tangga, terutama difabel dan lansia.

"Di luar negeri sudah ada banyak fasilitas begitu, karena kesejahteraan warga diutamakan, bahkan di setiap mall juga ada. Akhirnya, saya mendapat ide untuk merancang alat itu setelah saya berkunjung ke Singapura," ujarnya di kampus setempat, Rabu (16/4).

Awalnya, karya yang terpasang pada tangga itu bertujuan untuk menjawab kebutuhan penghuni rumah bertingkat.

Ia bercita-cita untuk membangun alat tersebut di rumahnya sendiri agar bisa dipergunakan oleh ibunya yang telah lanjut usia.

"Mereka akan bisa menjalani harinya dengan lebih efisien, tanpa harus merasa merepotkan orang lain ataupun membayar biaya lebih untuk tenaga pengangkut atau membangun lift khusus di rumah. Cukup dengan menekan tombol dan mereka sudah bisa naik dan turun sendiri, lengkap dengan kursi rodanya," katanya.

Saat ini, alat itu baru diimplementasikan dalam bentuk prototipe. Prototipe dibuat dengan menggunakan bahan alumunium dengan ukuran panjang 180 centimeter serta dirancang untuk dapat menanjak di kemiringan 25 derajat.

"Struktur utama terdiri dari dua bagian, yaitu bagian rel dan bagian angkat. Untuk menggerakkannya diperlukan sistem kontrol yang terdiri dari kawat seling, motor dan positioner," katanya.

Sementara itu, tegangan motornya 36 Volt DC dan sudah dilengkapi dengan "sensor actuator" dan "gearbox". Fungsinya untuk menempatkan posisi dan meningkatkan torsi. Keseluruhan alat bekerja pada tegangan 220 Volt. Bagian pengangkat pengguna kursi roda dapat dilipat saat tidak digunakan dengan bantuan modul positioner.

"Meskipun baru prototipe, alat itu prinsipnya dapat bekerja dengan baik. Untuk mengatasi keterbatasan, prototipe dioperasikan dengan remote kontrol. Versi sebenarnya akan menggunakan tombol, sehingga lebih mudah lagi untuk dioperasikan oleh pengguna," katanya.

Prinsip teknik yang digunakan adalah elektronika mekanik sebagai gabungan antara elektronika dan mekanika. Penelitian dan pembuatan prototipe dilakukan di laboratorium mekanika dan robotika UKWMS Kalijudan.

"Dengan dana sekitar Rp10 juta sudah bisa membuat alat dari besi yang sanggup menahan beban hingga 200 kilogram dan cukup untuk bangunan dua lantai," katanya.

Data dari laman/situs Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia (lansia) Indonesia nomor empat terbesar di dunia, setelah China, India, dan Amerika, namun lansia Indonesia sebanyak 24 juta jiwa itu kurang mendapat perhatian, baik jaminan sosial maupun fasilitas publik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement