REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- M, bocah lima tahun menjadi korban pelecehan seksual di sekolahnya. Bocah laki-laki itu disodomi lima karyawan outsourching di salah satu sekolah standar internasional di Jakarta Selatan.
Pelecehan seksual itu terbongkar saat ibu korban, Teresia (40), menemukan kejanggalan terhadap perilaku anaknya. "Pertengahan Maret ia jadi sering ketakukan, mengigau, dan berteriak ketika tidur dan selalu marah. Puncaknya, ia tidak mau sekolah," kata Teresia di Jakarta, Senin (14/4).
Namun, saat Teresia menemukan luka memar di perut sebelah kanan M yang ternyata bekas pukulan gagang sapu. M yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) mengaku “dinakali” lima orang. Ia juga selalu dipukuli sebelum dipaksa melayani nafsu lima pelaku lewat anusnya.
"Saya kaget, anak saya dipukuli sebelum dilecehkan di toilet. Anak saya mengaku dipaksa oleh seorang wanita dan seorang pria."
M mengaku disuruh diam selama pelecehan seksual di kamar mandi berlangsung. "Saya sampai menangis anak saya mendapat tindakan kekerasan seksual di kamar mandi sekolah," kata dia.
Setelah ditanyai psikolog, M mengaku yang “menakalinya” memakai seragam berwarna biru. Teresia mengatakan, orang yang berseragam berwarna biru di sekolah adalah cleaning service dan tukang kebun.
Mendengar cerita anaknya, Teresia langsung melapor ke polisi yang kemudian menangkap Agus dan Firjiawan. "Mereka mengaku di depan polisi telah melecehkan anak saya," kata Teresia. Ia menduga, anaknya menerima pelecehan seksual sepanjang Februari hingga pertengahan Maret.
Polisi juga menangkap Afriska, tapi ia dibebaskan karena tidak cukup bukti. Polisi lalu menangkap Zainal dan Anwar. "Dari situ, saya tahu anak saya digilir," kata Teresia.
Selain mengurus proses hukum bagi tersangka, Teresia juga mengajak anaknya terapi di psikolog. "Menurut psikolog, proses penyembuhannya secara psikis sangat panjang, bisa sampai 18 tahun," kata dia.
Teresia juga membawa anaknya ke dokter. "Anak saya terkena herpes setelah diperiksakan ke dokter," ucap dia.