REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI-- Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto mengemukakan nilai tukar mata uang terhadap uang asing merupakan gambaran dari fundamental ekonomi negara tersebut.
"Jika fundamental ekonomi suatu negara baik maka nilai tukar mata uangnya dengan negara lain akan kuat, sebaliknya jika lemah, maka nilai tukar rendah", kata Ryan di Bukittinggi, Sumatera Barat, Sabtu.
Ia menyampaikan hal itu saat tampil sebagai pembicara pada pelatihan ekonomi wartawan Sumbar, Riau, Kepulauan Riau dan Jambi yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah VIII Padang. Ryan mengatakan nilai tukar mata uang merupakan refleksi fundamental ekonomi suatu negara dimana jika kondisinya baik maka nilai tukar akan stabil.
Oleh sebab itu jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kuat merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat, kata dia. Terkait kondisi perekonomian Indonesia pada 2014, ia mengatakan pemilu legislatif dan pemilihan presiden memberikan kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2-0,3 persen.
Belajar dari dua pemilu sebelumnya, belanja pemilu sepanjang 2014 jauh lebih kuat dengan tingginya belanja pemerintah serta tingginya belanja kontestan yaitu partai politik dan calon legislatif. Ia juga menilai laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 mampu mencapai 5,8-6,1 persen.
Melalui berbagai kebijakan yang cenderung ketat, Bank Indonesia dan pemerintah memberi tekanan kuat pada stabilisasi ekonomi di 2014.