Kamis 10 Apr 2014 21:37 WIB

Tata Kelola Air Antisipasi Longsor Jalur Kereta

 Petugas memasang garis polisi di lokasi terperosoknya kereta api Malabar jurusan Bandung - Malang yang di Kampung  Cikerung,  Desa Mekarsari, Kecamatan Kadipaten, Tasikmalaya, Sabtu (5/4). (foto: Septianjar Muharam)
Petugas memasang garis polisi di lokasi terperosoknya kereta api Malabar jurusan Bandung - Malang yang di Kampung Cikerung, Desa Mekarsari, Kecamatan Kadipaten, Tasikmalaya, Sabtu (5/4). (foto: Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti pada Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari mengatakan perlunya tata kelola air yang baik di lembah-lembah yang menjadi jalur kereta api guna mengantisipasi terjadinya longsor.

"Untuk mengantisipasi longsor di jalur kereta api di kawasan lembah, kuncinya ada pada tata kelola air," kata Adrin di Media Center Jakarta, Kamis (10/4).

Ia menjelaskan bahwa jenis batuan dan pola rekahan juga menjadi pemicu longsor. Batuan vulkanik merupakan batuan muda yang rentan menyebabkan longsor karena kekuatannya rendah.

"Sehingga bila ada proses penjenuhan maka batuan menjadi rentan menyebabkan longsor. Sedangkan rekahan yang terisi air dapat menghasilkan daya yang juga memicu terjadinya longsor," ujar dia.

Selain itu, Adrin mengatakan morfologi suatu daerah juga dapat memicu terjadinya longsor. Morfologi perbukitan dengan lereng yang terjal dan lembah juga menjadi tempat rawan yang menimbulkan longsor, terutama jika tata kelola air tidak dilakukan dengan baik.

"Kejadian di Tasikmalaya, air mengalir mengarah ke lembah ke lokasi rel kereta api. Ini yang memicu longsor," ujar dia.

Menurut dia, aktivitas manusia di sekitar jalur kereta api juga dapat menjadi pemicu terjadinya longsor. Sebagai contoh pembuatan kolam ikan, persawahan, perkebunan yang selalu membutuhkan air dalam jumlah banyak sehingga bisa memicu terjadinya longsor.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement