Rabu 09 Apr 2014 21:38 WIB

Partisipasi Pemilu Tinggi, Suasana Jalanan di Banda Aceh Lenggang

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Bilal Ramadhan
 Seorang bapak sedang melihat contoh kertas suara parpol yang ditempel di TPS kawasan Blang Cut, Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Rabu(9/4). (Republika/Rusdy Nurdiansyah)
Seorang bapak sedang melihat contoh kertas suara parpol yang ditempel di TPS kawasan Blang Cut, Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Rabu(9/4). (Republika/Rusdy Nurdiansyah)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH-- Usai kumandang Adzan Shubuh yang diikuti doa dan mengaji di meunasah dan masjid, tidak seperti biasanya, terdengar suara dari pengeras suara dari meunasah dan masjid himbaun guna mengingatkan setiap warga agar tidak lupa untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menggunakan hak pilih dalam pemilu legislatif (pileg) 2014 yang berlangsung, Rabu (9/4), mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.30 WIB.

''Kepada para tokoh agama, toko masyarakat dan seluruh warga untuk datang ke TPS. Gunakan hak pilih dengan bebas sesuai hati nurani,'' teriak suara dalam bahasa Aceh yang terdengar sahut menyahut dari pengeras suara di meunasah-meunasah dan masjid.

Seorang wanita muda, Ulfa Herinyanti (23 tahun) yang kesehariannya bekerja di Lembaga Keungan Mikro (LKM) mengaku sudah bersiap-siap sejak pukul 07.00 WIB untuk segera datang ke TPS ditempatnya di kawasan Gampong Balng Cut, Banda Aceh.

Jarak dari rumahnya lumayan jauh menuju TPS yakni hampir 2Km. Namun Ulfa bersama orang tua, sanak saudara, tetangga dan teman-teman tidak begitu perduli dengan jarak yang lumayan jauh itu untuk datang ke TPS guna memberikan hak suaranya.

''Saya bersama keluarga datang dengan kesadaran sendiri. Saya berharap pelaksanaan pemilu berjalan lancar dan damai, jangan ada lagi kekerasan, masyarakat Aceh sudah bosan dengan kekerasan yang selama ini terjadi,'' ujar Ulfa yang meminta seluruh partai politik (parpol) terutama partai lokal untuk siap menang dan siap kalah.

Keucik (lurah) Gampong Blang Cut, Abdullah Muhammad mengatakan semua warga di desanya mendapat undangan. ''Tapi kami juga mengingatkan melalui pengeras suara di meunusah-meunasah dan masjid-masjid. Kesadaran warga di desa kami cukup baik, ini juga dipengaruhi karena kebanyakan warga kami berpendidikan cukup tinggi, minimal lulusan SMA dan banyak yang lulusan perguruan tinggi,'' terang Abdullah.

Seorang tokoh warga keturunan Cina, Beni Winata (50 tahun) juga mengaku atas kesadaran sendiri datang menggunakan hak pilihnya di TPS kawasan yang dihuni etnis Cina di Peunayong, Banda Aceh.

''Seluruh masyarakat Tiongha di sini antusias berpartisipasi menggunakan hak suaranya. Kami sangat senang jika demokrasi di Aceh berkembang sehingga diharapkan dapat memberi kesejahteraan seluruh masyarakat di Aceh. Masyarakat di Aceh sudah semakin dewasa dalam berdemokrasi dan kami berharap tidak ada lagi kekerasan dan kedamaian tentu diharapkan semua kalangan masyarakat,'' tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement