REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- KONI Jawa Timur merekrut sejumlah atlet potensial dari provinsi lain untuk melengkapi kekuatan dalam mengejar target perolehan medali emas pada Pekan Olahraga Nasional XIX tahun 2016 di Jawa Barat.
Ketua Umum KONI Jatim Erlangga Satriagung kepada wartawan di Surabaya, Rabu (9/4), mengemukakan bahwa perekrutan atlet dari luar daerah itu sudah melalui analisis dan pertimbangan matang sehingga tidak sampai mendepak keberadaan atlet Jatim. "Kami merekrut atlet untuk nomor-nomor pertandingan pada beberapa cabang olahraga yang memang tidak kami miliki. Jadi, mereka sebagai pelengkap kekuatan dari atlet Jatim di PON mendatang," katanya.
Erlangga tidak bersedia mengungkapkan jumlah atlet dari provinsi lain yang sudah direkrut masuk Jatim dengan alasan sebagian dari mereka proses kepindahannya masih dipermasalahkan oleh daerah asalnya. Salah satu kasus kepindahan atlet yang sempat dipermasalahkan dan akhirnya gagal adalah saat Jatim merekrut pecatur putri WGM Irene Kharisma Sukandar dari Jabar.
Informasi yang diperoleh menyebutkan atlet-atlet potensial yang sudah direkrut KONI Jatim, antara lain Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta. Mereka dari beberapa cabang olahraga, seperti anggar, boling, berkuda, renang, angkat besi, dan biliar. Untuk cabang angkat besi, Jatim sedang berusaha menyelesaikan kepindahan lifter peraih medali perak Olimpiade, Eko Yuli Irawan, dari Kalimantan Timur.
"Perekrutan mereka memang tidak semuanya mulus karena 'digandoli' (dipertahankan) daerah asalnya sehingga kemudian kasus kepindahan itu harus diselesaikan lewat BAORI (Badan Arbitrase Olahraga Republik Indonesia)," ujar Erlangga.
Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak asal-asalan mengambil atlet dari luar daerah, tetapi mempertimbangkan potensi mereka untuk meraih medali emas pada PON 2016. Menurut Erlangga, perekrutan atlet seperti ini juga dilakukan beberapa provinsi lain, termasuk Jawa Barat sebagai tuan rumah PON 2016. Bahkan, beberapa atlet potensial Jatim telah pindah ke Jabar dan daerah lain.
"Seharusnya kasus kepindahan atlet dari satu daerah ke daerah lain tidak perlu terjadi kalau pelaksanaan PON punya orientasi yang jelas. Akan tetapi, yang terjadi saat ini, PON sudah kehilangan orientasi dan lebih menonjolkan prestise daerah ketimbang peningkatan prestasi atlet," katanya.
KONI Jatim, lanjut Erlangga, pernah beberapa kali mengusulkan agar PON dibubarkan dan diganti dengan kejuaraan nasional masing-masing cabang olahraga karena anggaran besar yang dikeluarkan daerah untuk pembinaan atlet, justru terbuang sia-sia.