REPUBLIKA.CO.ID, PEKAN BARU -- Badan Pusat Statistik menyatakan bencana asap kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau menjadi salah satu pemicu terjadinya inflasi sebesar 0,15 persen pada Maret 2014. "Bencana asap memicu kenaikan sejumlah komoditas yang menyumbang terjadi inflasi di Riau," kata Kepala BPS Provinsi Riau, Mawardi Arsyad di Pekanbaru, Selasa (1/4).
Ia menjelaskan, inflasi di Riau pada Maret mencapai 0,15 persen merupakan hasil rata-rata dari gabungan inflasi tiga kota yakni Kota Pekanbaru mencapai 0,15 persen, Dumai (0,24 persen) dan Tembilahan (0,09 persen).
Menurut Mawardi, Kota Pekanbaru seharusnya bisa mengalami deflasi apabila tidak terjadi bencana asap yang membuat Pemprov Riau menetapkan status darurat sejak 26 Februari lalu. Sebab, harga-harga kebutuhan pokok diantaranya beras dan sayuran mengalami penurunan harga.
Bahkan, inflasi Riau pada Maret lebih besar dari tingkat inflasi nasional. "Inflasi pada Maret lebih besar dibandingkan inflasi Nasional sebesar 0,08 persen," katanya.
Menurut Mawardi, bencana asap mempengaruhi kenaikan harga sejumlah harga pada kelompok tertentu mulai dari transportasi, biaya pengobatan kesehatan, harga masker medis dan lainnya.
"Biaya kesehatan, susu untuk balita, ongkos bidan dan tansportasi juga meningkat karena banyak balita dan ibu hamil yang berobat karena sakit akibat asap," katanya.
Selain akibat asap, Mawardi mengatakan persiapan Pemilu Legislatif juga turut menyumbang terjadi inflasi di Riau. Menurut dia, Pemilu dipercaya membuat harga makanan jadi alami kenaikan. Berdasarkan data BPS, kelompok makanan mencapai 0,71 persen atau dua kali lipat lebih tinggi dari nilai nasional.
"Makanan jadi ada peningkatan permintaan saat kampanye," ujarnya.
Meski harga-harga cenderung naik, lanjutnya, perputaran ekonomi sektor riil selama bencana asap justru melambat dan nyaris terhenti. Hal itu disebabkan, asap sempat membuat penerbangan komersil di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru berhenti total dan banyak restoran dan pusat perbelanjaan sepi pengunjung.