Senin 31 Mar 2014 05:24 WIB

Poros Parpol Islam Diperlukan

Poros Tengah (ilustrasi)
Foto: www.monitorindonesia.com
Poros Tengah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul, Bambang Noroyono

Parpol Islam harus bisa menyatukan komitmen bersama.

JAKARTA - Koalisi antarparpol berbasis massa Islam, seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Bulan Bintang (PBB), sangat diperlukan untuk meraih kemaslahatan yang lebih besar.

“Parpol Islam itu jika bersatu, akan membentuk poros yang kuat,” kata pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Faisal Nurdin Idris di Jakarta, Sabtu (29/3).

Sejarah mencatat, parpol-parpol Islam yang menggagas poros tengah pada era Reformasi dulu berhasil mengantarkan kader-kader terbaiknya meraih posisi puncak.

“Itu (poros tengah pada era Reformasi-Red) menjadi bukti betapa kuatnya kekuatan poros parpol Islam,” kata Faisal Nurdin Idris.

Faisal menambahkan, kekuatan poros parpol Islam ada pada lobi. Parpol Islam, mampu melakukan lobi-lobi yang menguatkan kepentingan kesejahteraan rakyat. Hal ini mampu membuat tawaran parpol Islam selalu diterima berbagai kalangan.

Selain itu, lanjut dia, parpol Islam mampu menelurkan gagasan-gagasan brilian. Cakupannya bukan hanya kepentingan golongan, melainkan juga masyarakat secara keseluruhan. “Parpol Islam bila bersatu, akan mampu merangkul kemajemukan,” kata dia.

Faisal memprediksi, tidak menutup kemungkinan parpol Islam akan bersatu pada pemilu tahun ini. Mereka nantinya akan menjadi poros tersendiri dengan kekuatan politik yang tidak bisa diremehkan.

Yang terpenting, jelas dia, poros ini harus menjaga komitmen. Jangan sampai ada yang mengingkari komitmen yang sudah dibangun. Sikap saling memercayai dan menghormati harus dilakukan.

Sebelumnya, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali menyebutkan, koalisi poros tengah (gabungan partai politik Islam) bisa saja terwujud pada Pemilu 2014. “Tidak ada yang tidak mungkin,” kata Suryadharma.

Ketua Umum PAN Hatta Rajasa menyatakan, parpol Islam harus punya komitmen. Komitmen itu untuk meningkatkan kekuatan politik parpol Islam. Bentuknya bisa berupa koalisi.

“Dasarnya adalah komitmen meningkatkan kualitas hidup rakyat,” ungkap dia. Hal ini, dinilainya, tidak lagi berkaitan dengan platform partai. Parpol apa pun, menurut dia, akan mengarah kepada komitmen ini.

Dia mengakui, agak sulit membentuk poros tengah jilid II. Pasalnya, kondisinya berbeda dengan era Reformasi 1999. “Dulu, ada kekuatan poros tengah di parlemen. Saat ini, poros tengah sudah tidak memungkinkan karena presiden harus langsung dipilih rakyat,” ujar Hatta.

Saat ini, pihaknya menjalin komunikasi dengan berbagai pihak. Pembicaraan dengan sejumlah parpol juga dilakukan. “Kita bicara seputar pembangunan,” jelas Hatta.

Menko perekonomian ini menanyakan kepada sejumlah parpol, apakah pembangunan yang saat ini sudah berjalan harus dilanjutkan atau harus ditinggalkan diganti dengan yang baru.

Semuanya sepakat untuk meneruskan perencanaan yang ada. Pandangan seperti ini, menurut dia, akan semakin mempersatukan semua pihak, termasuk parpol.

Ketua DPP PKB M Hanif Dhakiri menyatakan, komitmen untuk pembangunan adalah keniscayaan. PKB, menurut dia, tidak boleh mengabaikan hal itu. Asal mendukung kemajuan dan pembangunan, PKB dipastikannya tidak akan menolak.

Komunikasi politik dengan parpol lain juga seputar hal itu. Namun, pihaknya belum membicarakan koalisi. Rencana membentuk poros parpol Islam pun belum dibicarakan.

“Kita fokus di pileg dulu,” jelas Hanif. Perolehan suara dalam pemilu legislatif, menurut dia, sangat penting untuk menentukan masa depan pihaknya lima tahun ke depan. Perolehan suara yang besar akan menguatkan posisi parpol Islam.

Pihaknya menargetkan perolehan suara dua digit. Dalam survei politik, PKB diprediksi memperoleh suara di atas tujuh persen. Pihaknya yakin dengan konsolidasi maksimal, akan mampu memaksimalkan perolehan suara.

Setelah perolehan suara maksimal dalam pileg, barulah pihaknya membicarakan langkah politik berikutnya. “Baru nanti dilihat apakah akan koalisi, mengusung capres, dan cawapres,” kata Hanif.

Sekjen PPP Romahurmuziy menyatakan, koalisi yang mengarah kepada pembangunan sangat positif. Hal ini akan membangun energi positif bagi politik di Indonesia. Pihaknya memandang sikap politik seperti ini sangat bagus.

Gerakan ini akan bagus diwujudkan dalam kesatuan langkah politik, baik di parlemen maupun di pemerintahan.

Namun demikian, hal itu baru bisa direncanakan dan dianalisis setelah pileg nanti. “Kalau kita rencanakan sekarang, nantinya malah tidak fokus pileg,” papar dia.

Pileg merupakan barometer gerakan politik. Dinamikanya akan semakin menjadi sorotan setelah pileg berlangsung.

Nantinya akan ada gerakan kebersamaan berbentuk koalisi ataupun poros. Yang terjadi pada masa lalu menjadi inspirasi bagi dinamika politik saat ini.

Sementara itu, pengamat politik LIPI Syamsuddin Harris menegaskan, poros tengah jilid II sulit terbentuk. “Belum ada komunikasi politik antaraparpol Islam saat ini untuk (membicarakan) koalisi,” kata dia.

Namun demikian, dia mendorong parpol-parpol Islam itu untuk bergabung bila tujuannya untuk menampilkan pemerintahan yang baik pada tahun-tahun mendatang. Sebab, kata dia, parpol Islam itu menjadi penyeimbang kelompok nasionalis di arena politik.

Sayangnya, kata dia, saat ini parpol-parpol Islam sudah cenderung meninggalkan identitas ideologinya. Akibatnya, hampir tak ada lagi dikotomi kelompok parpol Islam maupun parpol nasionalis.

Tapi, dia percaya, jika terjadi kesamaan agenda politik antarparpol Islam, poros tengah jilid II bisa saja terjadi. “Agenda besarnya harus ada (agar koalisi Islam bisa kembali dimunculkan),” ujar dia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement