Ahad 30 Mar 2014 00:19 WIB

Konferensi Ulama Internasional Ajak Waspadai Disintegrasi Bangsa

Bendera Merah Putih
Foto: Antara
Bendera Merah Putih

REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Konferensi Ulama Internasional di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, meminta pemerintah Indonesia mewaspadai dan menindak tegas siapa saja yang melakukan upaya-upaya disintegrasi bangsa.

KH Lutfi Bashori yang didaulat membacakan hasil rekomendasi diskusi hari pertama konferensi, Sabtu (29/3), mengemukakan bahwa para ulama dari berbagai negara menyepakati agar mewaspadai berbagai paham dan gerakan yang jauh dari Islam moderat.

"Umat Islam juga harus mewaspadai faham maupun gerakan yang jauh dari ajaran Islam yang ramah. Kelompok ini sebagai kalangan ekstrem yang sering menggunakan kekerasan dalam menyampaikan pendapat dan gagasan," katanya sebagaimana disampaikan dalam keterangan tertulis panitia konferensi.

Selain pemerintah, katanya, umat Islam juga diharapkan mewaspadai aliran-aliran lain yang cenderung ekstrem karena akan mencederai Islam yang "rahmatan lil'alamin" (menjadi rahmat bagi seluruh alam).

Para ulama, katanya, menyepakati agar umat Islam tidak tergoda dengan pandangan Barat yang mengusung liberalisme sehingga cenderung mencampuradukkan ajaran dan pesan agama.

"Kami sepakat dan kukuh dengan pandangan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy?ari (pendiri Nahdlatul Ulama) dan juga seperti pandangan dari Pesantren Salafiyah Syafi?iyah ini yang membawa Islam yang ramah," kata dia.

Kiai Lutfi menandaskan bahwa apa yang telah disampaikan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari sebagai manifestasi dari Islam yang dulunya dibawa oleh Walisongo.

Diskusi yang berlangsung usai pembukaan konferensi itu menghadirkan Syaikh Mahdi bin Ahmad As-as-Shumaidai (mufti dari Irak) serta KH Afifuddin Muhajir, MAg dari PBNU.

Syeikh Mahdi membawakan materi "Upaya Penguatan Pemikiran Moderat di Dunia Islam", sedangkan KH Afifuddin Muhajir membawakan makalah "Negara Pancasila, Ijtihad Politik Ulama Indonesia dalam Menuntaskan Dikotomi Negara Agama dan Negara Sekuler".

Konferensi internasional di pesantren itu berlangsung hingga Ahad Minggu (30/3).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement