Selasa 25 Mar 2014 15:43 WIB

Ini Diduga Penyebab Meningkatnya Bunuh Diri di Gunungkidul

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Bilal Ramadhan
Bunuh diri. Ilustrasi
Bunuh diri. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- kasus bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul tertinggi dibandingkan kabupaten lain di DIY.  Prevalensi kasus bunuh diri di Gunungkidul mencapai 9 per 100 ribu penduduk, sedangkan di Jakarta hanya satu per 100 ribu penduduk.

Hal itu terungkap dalam Seminar Media "Meningkatkan Kepedulian terhadap Gangguan Bipolar di Indonesia: Kekhawatiran mengenai angka bunuh diri yang tinggi di DIY" di Hotel Grand Aston, Selasa (25/4).

Menurut Psikiater UGM Yogyakarta Carla R.Machira, apabila dilihat dari data per kabupaten/kota se DIY, angka kasus bunuh diri di DIY selama sepuluh tahun ( tahun 1980-1990) di Kabupaten Gunungkidul mencapai 94 orang, Kabupaten Sleman 71 orang, Kabupaten Bantul 64 orang, Kota Yogyakarta 57 orang dan Kabupaten Kulonprogo 51 orang.

Angka bunuh diri di Gunungkidul pun dari tahun ke tahun meningkat dan terbanyak dilakukan dengan cara gantung yakni: tahun 2009 sebanyak  21 orang, 2010 sebanyak 22 orang, 2011 sebanyak 25 orang dan tahun 2012 sebanyak 40 orang.

Menurut dia, angka bunuh diri di Indonesia sama dengan Jepang menempati peringkat kesembilan 9. Tahun 2010 angka bunuh diri di Indonesia mencapai  rata-rata 24 per 100 ribu penduduk. Diperkirakan ada 50 ribu yang bunuh diri di Indonesia dari 220 juta penduduk (2005). Namun data nasional mengenai bunuh diri di Indonesia belum ada, tutur Carla.

Pada tahun 2000 satu juta orang didunia melakukan bunuh diri, setiap 40 detik orang melakukan bunuh diri dan setiap tiga detik  seseorang mencoba melakukan tindakan bunuh diri. Hanya 39 negara dari 166 negara yang melaporkan angka bunuh diri.  Indonesia termasuk negara yang tidak melaporkan angka bunuh diri.

Dari penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan untuk mengetahui fenomena tingginya angka bunuh diri di Gunungkidul, tak ada seorangpun yang mengetahui alasan seseorang untuk bunuh diri. Namun tercatat ada beberapa penyebab yang cukup signifikan yakni: kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian, kehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal panen, krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana alam, mendengar suara-suara gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga, mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu.

Sementara itu Guru Besar bidang Psikiatri Universitas Sebelas Maret Solo Prof Syamsul Hadi mengungkapkan di Amerika angka bunuh diri tinggi terutama pada suku Indian. Setelah diteliti ternyata penyebabnya selain budaya, juga air yang dikonsumsi masyarakat di sana kadar lithiumnya sangat rendah. Padahal lithium berfungsi sebagai moodstabilizer (menstabilkan mood).

Apabila dianalogkan dengan angka bunuh diri di Gunungkidul mungkin airnya mengandung sedikit Lithium sehingga moodnya kurang stabil. Di samping itu, dia menambahkan, hormon tiroidnya kurang sehingga banyak yang hipotiroid. Akibatnya banyak yang depresi.

''Namun hal ini perlu penelitian lebih lanjut,''kata dia.  Di Gunungkidul juga ada falsafat palung gantung dan ini termasuk halusinasi yang membuat orang melakukan bunuh diri.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement