Ahad 23 Mar 2014 22:17 WIB

Golkar Ingin Bentuk Koalisi Partai Nasionalis

Rep: Andi Ikhbal / Red: Mansyur Faqih
Pelukis Yahya TS melukis wajah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi di Grogol, Jakarta Barat, Kamis (20/3).   (Republika/Yasin Habibi)
Pelukis Yahya TS melukis wajah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi di Grogol, Jakarta Barat, Kamis (20/3). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Resminya pencapresan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo oleh PDI Perjuangan disambut baik Partai Golkar. Pengalaman berkoalisi pada 2004 menjadi acuan agar mereka bisa kembali bersama di 2014.

Wasekjen Partai Golkar, Musfihin Dahlan menjelaskan, mengingkan terbentuknya kubu nasionalis. Yaitu terdiri dari Golkar, PDIP, Hanura dan Nasdem. "Akan lebih baik kalau ada koalisi partai besar nasionalis seperti itu," kata Musfihin pada Republika di Jakarta, Ahad (23/3)

Namun, katanya, melihat peta politik yang ada akan sulit berkoalisi dengan Partai Gerindra. Karenanya, Golkar bisa saja masuk ke partai pengusung Jokowi tersebut.

Menurut dia, Golkar dan PDIP punya pengalaman berkoalisi pada 2004. Sehingga, ada kemungkinan terjalin kembali pada tahun ini. Ia juga mengantungi banyak nama potensial pendamping Jokowi dalam memimpin negara.

"Golkar itu partai yang sudah punya pengalaman. Bahkan, dalam hal yang tidak dimiliki Jokowi, kader Golkar bisa menutupinya, dan sudah terbukti," ujar dia saat menyingung kelemahan Jokowi di bidang keamanan negara.

Terkait pencapresan Ical, kata dia, politik bukan harga mati. Golkar bisa saja memunculkan nama cawapres untuk berkoalisi. Teknisnya melalui rapat pimpinan (rapim) setelah pileg. Ini dilakukan jika sampai pemilu, belum juga ada peningkatan pada elektabilitas Golkar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement