REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sudah sulit mencarinya, harganya pun sudah melambung jauh dari harga eceran tertinggi. Begitu yang dialami ibu-ibu rumah tangga di kota Bandar Lampung, yang kesulitan mencari elpiji tabung 3 kg di pasaran.
Pemantauan ke beberapa agen dan pangkalan elpiji subsidi dan nonsubsidi di kota Bandar Lampung, Kamis (20/3), penjual elpiji 3 kg telah memasang papan pengumuman bahwa gas habis. Pihak pangkalan dan agen, tidak dapat memastikan kapan pasokan elpiji gas melon tersebut datang.
Masyarakat sangat berharap membeli gas melon di pangkalan karena harganya murah Rp 15 ribu per tabung. Namun, karena tidak ada pasokan di pangkalan dan agen, warga terpaksa membeli gas dengan harga bervariasi mulai dari Rp 19 ribu hingga Rp 23 ribu per tabung.
Menurut Umi Fath, warga Tanjungkarang Barat, ia merasa kesulitan jika elpiji rumahnya habis. Karena di pangkalan elpiji tidak ada atau kosong, ia terpaksa membeli ke luar pemukiman. Akan tetapi harganya sudah naik tinggi.
"Sekarang tidak ada lagi yang jual gas kecil Rp 15 atau 17 ribu per tabung. Paling murah Rp 19 ribu, itu pun harus keliling ke mana-mana dulu," ujar ibu dua anak ini.
Tingginya harga elpiji 3 kg di tingkat pengecer karena pasokan dari pangkalan dan agen sudah tidak normal dari pertamina. "Karena di pangkalan saja barangnya kosong, jadi harga pasti naik," kata Wati, pengecer elpiji 3kg di Sumber Rejo Jaya.
Pihak pangkalan di Jl Teuku Cik Ditiro Kemiling, mengaku pasokan elpiji 3 kg tetap lancar di tempatnya. Tetapi, kata dia, yang memesan sudah menunggu lama, jadi cepat habis dalam waktu 30 menit. "Hanya setengah jam sekitar seribuan tabung langsung habis," ujarnya Suripto, pengelola pangkalan.
Pemesan "gas melon" ini rata-rata dipadati kendaraan roda dua, dan tiga. Mereka membawa paling sedikit lima tabung. Bahkan ada yang membawa tabung kosong sampai 25 tabung. "Sudah diborong orang, jadi yang warga banyak yang tidak kebagian," tuturnya.