REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Kuliah umum yang disampaikan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, di Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Kota Cirebon, diwarnai interupsi dan aksi demo, Rabu (19/3). Hal itu terkait rencana proyek geothermal di Gunung Ciremai.
Interupsi tersebut disampaikan seorang mahasiswa, Efri (20), saat gubernur sedang memberikan kuliah umum di aula Kampus 1 Unswagati. Gubernur yang akrab disapa Aher itupun sempat emosi menghadapinya. ‘’Saya sedang bicara, kamu dengarkan dulu,’’ kata Aher dengan nada keras, sambil menudingkan tangannya.
Saat itu, Efri tiba-tiba berdiri mengangkat tangan dan memotong kuliah umum yang disampaikan Aher. Efri bermaksud menanyakan isu eksploitasi Gunung Ciremai dalam proyek geothermal yang lelangnya dimenangkan Chevron.
Diperlakukan seperti itu, Efri tetap mencoba kembali berbicara menyampaikan maksudnya. Namun, Aher kembali menegaskan kuliah umumnya itu tak ingin diinterupsi. ‘’Serius-serius amat, gue juga dulu demonstran. Sekarang mau dengerin dulu atau ngomong dulu,’’ ujar Aher.
Petugas kampus pun meminta Efri untuk tenang. Namun, beberapa teman Efri justru merangsek maju ke arah Aher yang berdiri di balik podium. Sejumlah pihak berwenang pun langsung menghalangi. Mereka kemudian meneriaki Aher tak pro rakyat sambil berjalan keluar ruangan.
‘’Kami tidak menolak eksplorasi sumber daya alam demi kebaikan bersama. Tapi jangan sampai eksplorasi berubah menjadi eksploitasi,’’ tegas Efri, saat ditemui di luar ruangan.
Sementara itu, di hadapan peserta kuliah umum, Aher menerangkan bahwa lokasi pengeboran geothermal nantinya bukan berada di kawasan taman nasional Gunung Ciremai (TNGC). Karenanya, proyek itu tidak merusak lingkungan. Selain itu, hasil eksplorasi geothermal juga akan mendatangkan manfaat bagi rakyat.
Aher pun membantah adanya tudingan yang menyatakan bahwa lelang geothermal tidak transparan. Dia menerangkan, lelang proyek itu dilakukan secara terbuka di internet dan tanpa rekayasa.
Kepada media yang menemuinya usai kuliah umum, Aher menduga isu tersebut telah dipolitisasi. Hal itu terutama ditujukan kepada dirinya. ‘’Saat ini belum ada kesepakatan antara pemerintah dengan pihak Chevron,’’ tegas Aher.
Aher mengungkapkan, ada aturan gubernur yang menyatakan bahwa pemprov dan pemkab setempat harus mendapat kompensasi 20 persen. Hal itu baik royalti maupun energinya. ‘’Inilah yang belum dicapai kesepakatan,’’ tutur Aher.
Di sisi lain, Aher memastikan, Pemprov Jabar mendukung eksplorasi geothermal Gunung Ciremai. Apalagi, meski dikelola pihak asing, namun seluruh energi yang dieksplorasinya akan tetap dibeli Perusahaan Listrik Negara (PLN). ‘’Saya juga anti kalau asing yang menguasai. Tapi pemenang lelang dalam proyek ini memang dari perusahaan asing, perusahaan dalam negeri bertumbangan,’’ terang Aher.
Sementara itu, tak hanya interupsi, kedatangan Aher juga diwarnai demo di luar kampus Unswagati. Bahkan, ketika Aher sedang memberikan kuliah umum, sejumlah mahasiswa pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan aparat keamanan Polres Cirebon Kota maupun petugas kampus. Kedua pihak terlibat aksi saling pukul dan dorong. Mahasiswa bahkan mencoba menghalangi kepulangan Aher. Namun, petugas berhasil mencegahnya.