Senin 17 Mar 2014 12:45 WIB

Bemo, Riwayatmu Kini

Rep: c61/ Red: Joko Sadewo
Sejumlah bemo menunggu penumpang di kawasan Grogol, Jakarta Barat, Senin (10/3).   (foto : Raisan Al Farisi)
Sejumlah bemo menunggu penumpang di kawasan Grogol, Jakarta Barat, Senin (10/3). (foto : Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JATINEGARA -- Puluhan Becak Motor (Bemo) ngetem di sekitar Fly over Buaran Jl KRT Radjiman, Jatinegara, Jakarta Timur. Walaupun sudah berusia puluhan tahun tapi kendaraan beroda tiga tersebut masih setia melayani penumpang, Senin (17/3).

Hendy (52 tahun) misalnya, sudah 15 tahun lebih dirinya menjadi sopir bemo. Dia tetap setia melayani penumpang meskipun Bemo miliknya telah usang juga tak bersurat. "Selama rakyat kecil masih membutuhkannya (Bemo) dan saya bisa mencari nafkah dari sini, kenapa harus berhenti beroperasi," tegas bapak dua anak itu.

Sebenarnya bemo pernah mengalami masa kejayaan di era tahun 1970-an. Bahkan menjadi andalan masyarakat ibu kota sebagai sarana transportasi yang murah meriah.

Namun seiring berjalannya waktu, keberadaan becak motor tersebut semakin tersingkirkan oleh berbagai jenis moda angkutan umum yang baru seperti bus kota, Mikrolet,  bus Transjakarta, hingga Mass Rapid Transit (MRT) nantinya.

Pecinta otomotif Firman (29) mengatakan Kendaraan beroda tiga ini yang masih berkeliaran di jalanan Jakarta adalah hasil produksi pabrikan Daihatsu dengan nama Daihatsu Midget.

Di negara asalnya Jepang, kendaraan tersebut merupakan sebuah kendaraan pengangkut barang. Tapi ketika dipasarkan ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia, Daihatsu Midget pun bertransformasi menjadi angkutan umum dengan menambahkan tempat duduk di bagian belakang.

Menurut Wardiyah (56), dengan kapasitas delapan penumpang di belakang dan satu di depan. Tapi kini untuk memenuhi kapasitas itu sangat susah. " sekarang susah penumpang gak nyampe segitu, banyak saingannya angkot dimana-mana," keluh pria yang telah 37 tahun bergelut dengan Bemo.

Wardiyah mengaku pendapatannya selalu menurun, semenjak menjamurnya moda transportasi yang lebih modern, seperti Angkot atau Mikrolet. "Dulu sehari saya bisa mendapat penghasilan bersih sampai Rp 200an. Uang segitu dulu nilainya gede," cerita dia.

Namun, saat ini pendapatan kotornya sehari mencapai Rp 120 ribu, tentunya dengan nilai uang yang sekarang. "Dipotong setoran Rp 40 ribu, belum lagi bensin, oli samping, paling saya bisa bawah pulang Rp 35 ribu saja," terang Wardiyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement