Senin 17 Mar 2014 10:36 WIB

Bencana Asap Telah Gerus Ekonomi Riau

Rep: Esthi Maharani/ Red: Fernan Rahadi
Asap akibat kebakaran hutan di Pekanbaru.
Foto: Rony Muharman/Antara
Asap akibat kebakaran hutan di Pekanbaru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana asap yang lagi-lagi di Riau memberikan efek domino terhadap sejumlah sektor.  Utamanya ekonomi. Diyakini sejak bencana asap itu terjadi, geliat perekonomian di Riau telah tergerus.

Staf khusus presiden bidang ekonomi dan pembangunan, Firmanzaah mengatakan bencana asap Riau tak hanya berdampak secara ekonomi terhadap masyarakatnya tetapi juga secara nasional. Sebut saja terhambatnya  transportasi dan penerbangan, perdagangan, ritel, perkebunan, investasi, UMKM dan lain sebagainya.

“Produktivitas ekonomi akan terganggu akibat terganggunya mobilitas barang, jasa dan orang akibat kendala transportasi baik darat maupun udara," katanya, Senin (17/3).

Seperti diketahui, selama bencana asap terjadi, sedikitnya tiga bandara ditutup, yaitu Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Pinang Kampai Dumai dan Bandara Internasional Minangkabau di Sumatera Barat. 

Ia juga mengatakan bencana asap juga menyebabkan anjloknya harga sejumlah komoditi perkebunan yang membuat ekonomi masyarakat terpuruk. Produksi tandan buah segar (TBS) di Provinsi tersebut. saat ini tercatat mengalami penurunan pasca kabut asap yang terjadi dalam beberapa minggu ini.

Sementara di sektor UMKM, lanjut Firmanzah, aktivitas ekonomi pelaku usaha kecil seperti di pasar dan toko-toko, semakin sepi dari transaksi akibat konsumen atau masyarakat tidak dapat mengakses akibat asap yang semakin membahayakan.

 “Lalulintas barang dan jasa khususnya kebutuhan sehari-hari masyarkat juga terhambat dan berpotensi melumpuhkan sector konsumsi dan distribusi,” ungkapnya.

Polusi kabut asap juga telah menganggu kegiatan operasi industri hulu migas, dan mengakibatkan hilangnya potensi produksi sebesar 12 ribu barel per hari. Selain itu, kabut asap juga mempengaruhi kegiatan operasi pada wilayah kerja Malacca Strait yang dioperasikan oleh EMP Malacca Strait dengan kehilangan potensi produksi sebesarsekitar 7 ribu barel per hari (BOPD kumulatif).

“Terganggunya produksi sumur minyak ini tentunya berpotensi menganggu produksi minyak secara nasional yang saat ini terus menurun,” katanya.

Menurutnya, penanganan asap di Riau perlu segera ditangani secara nyata dan terpadu. Langkah yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan bisa dilanjutkan. Yang terpenting, peristiwa serupa tidak terus terulang di masa depan.

"Karena bencana asap sangat berpotensi menggerus ekonomi masyarakat. Penanganan bencana asap ini tentunya juga membutuhkan kerjasama masyarakat dan pelaku usaha yang bergerak di sector kehutanan dan perkebunan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement