REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Sulilo Bambang Yudhoyono (SBY) menginstruksikan agar pembakaran hutan tidak menjadi business as usual. Perlu dilakukan manajemen krisi untuk menanggulangi masalah tersebut.
Manajemen krisis yang dimaksud, contohnya dalam perang militer ada prajurit yang melakukan kejahatan perang, maka segera dilakukan pengadilan di lapangan untuk menimbulkan efek jera dan tidak diikuti yg lain.
"Saya ingin betul penyelesaian sampai akar. Jadi, jangan ada orang yang melakukan terus menerus dan ini dijadikan biasa," kata SBY dalam rapat bersama seluruh unsur terkait di Pekanbaru, Sabtu (15/3).
Menurut dia, para pembakar adalah penjahat kemanusiaan. Jutaan warga Riau, Sumbar dan lainnya menderita akibat asap yang mereka timbulkan. Pihaknya menargetkan, dalam kurun waktu 3 pekan, persoalan asap dan kebakaran hutan di Riau, harus selesai.
Kemudian, titik api harus dipadamkan. Warga yang sakit segera ditangani dan ada normalisasi kegiatan penduduk. Ukuran keberhasilan adalah hilang asap, sakit disembuhkan, dan pelaku ditangkap serta diproses secara hukum.
"Saya akan dua malam disini, untuk melihat secara spot lokasi yang terbakar. Saya agendakan untuk bertemu dengan para pengusaha," ujar dia.