REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Fenomena 'cabe-cabean' dianggap sebagai virus penyakit sosial yang timbul karena empat ekosistem lingkungan sudah gagal mendidik remaja.
"Ada kegagalan-kegagalan di lapisan sosial kemasyarakatan di keluarga, agama dan budaya, sekolah, dan masyarakat atau organisasi kemasyarakatan. Cabe-cabean ini busa menjadi virus penyakit sosial menular berupa penciptaan tuna susila dan trafficking," terang Kepala BKKBN Fasli Jalal dalam Raker Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Jumat (14/3) malam.
Artinya, lanjut Fasli, ada tantangan dalam dunia pendidikan remaja supaya melibatkan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Mantan Wamendikbud inimelihat fenoma sosial 'cabe-cabean' sebagai contoh kasus yang bisa menyadarkan masyarakat agar kembali melihatnya pentingnya sebuah ketahan rumah tangga dan kekokohan akhlak dari orang tua.
Kemudian lapisan ketahanan karakter remaja didapatnya dari sekolah. Kemudian, masyarakat serta ormas melapisinya lagi sehingga kepribadian remaja kian berakhlak.
"Sekarang kita harus menjaga jangan 'cabe-cabean dianggap sebagai sebuah lifestyle, mudah-mudahan ini hanya beberapa kasus di antara jutaan remaja karena kelalaian kita menjaga anak di masa pancaroba. Kalau dianggap tren dan ditiru bisa bahaya karena setiap remaja ingin mencoba," tegas Fasli.