REPUBLIKA.CO.ID, CIPAYUNG -- Puluhan sopir angkot Koperasi Wahana Kalpika (KWK) jurusan Keong-Cilangkap, Jumat (14/3), melakukan mogok massal. Mereka memarkirkan angkot KWK T14 mereka di pinggir jalan.
Beberapa sopir angkot KWK T14 yang ikut dalam aksi tersebut sempat menghentikan laju bus sekolah yang sedang melintas. Mereka meminta sopir bus sekolah kembali ke poolnya.
Mereka menolak beroperasinya bus sekolah di trayek mereka, yang sudah beroperasi sejak hari Kamis (13/3) kemarin. Nurdiansyah (43), sopir angkot T14, mengatakan berpoperasinya bus sekolah merupakan kebijakan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.
Nurdiansyah meminta meminta Dishub DKI Jakarta memikirkan kembali kebijakan yang dibuatnya. Dengan alasan bus sekolah tersebut menyerobot trayek mereka. "Kalau jalur kita diambil, kita dapat sewa dari mana?" sesal Nurdin.
Selama ini sopir angkot KWK T14 selalu memenuhi kewajibannya membayar iuran setiap harinya Rp 7.500 kepada KWK. Bukan hanya itu, ia juga mengaku membayar uang timer dan iuran solidaritas Rp 1.500 setiap harinya. ''Jika dijumlahkan pengeluaran setiap harinya untuk iuran sebanyak Rp 12 ribu,'' kata Nurdiansyah.
Hal ini juga dikeluhkan oleh Bambang (50), menurut dia seharusnya ada pemberitahuan terlebih dulu sebelum bus sekolah tersebut beroperasi. Sehingga sopir angkot KWK T14 tidak terkejut.
Selama ini harapan mereka hanya anak-anak sekolah, yang menjadi penumpang mereka. "Pemerintah harus menarik bus sekolah ini," tegas Bambang. Jika tidak ada reaksi positif dari pemerintah, sopir KWK T14 tersebut akan terus berdemo hingga ke Balai Kota DKI Jakarta.