Kamis 13 Mar 2014 20:20 WIB

Ketulusan Hati Pemulung TPS Klender

Rep: c66/ Red: Karta Raharja Ucu
Pemulung (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Pemulung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Maimunah sibuk memilah benda-benda yang masih layak dijual dari sampah-sampah yang menggunung di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pertanian, Klender, Jakarta Timur. Tak hanya mengacak-acak gundukan sampah, ia juga tak segan membersihkan sampah-sampah yang tercecer di beberapa titik TPPS.

Orang lain sering menyebutnya sebagai pemulung. Meski pemulung, Maimunah ternyata memiliki hati tulus. Ia tidak segan membersihkan sampah-sampah yang tidak dan belum terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. “Sebenarnya, di sini kita (pemulung) cuma ngumpulin sampah yang perlu. Tapi, gak enak juga lihat sampah berantakan,” ujar Maimunah saat berbincang dengan ROL, akhir pekan lalu.

Selain menjaga kebersihan TPS Klender, para pemulung juga menjaga keamanan dari pembuang sampah liar. Sebab, para pemulung acap kali memergoki sejumlah warga di luar Kelurahan Klender membuang sampah ke TPS tersebut.

Maimunah mengatakan, para pembuang sampah liar sering beroperasi pada malam hari. “Tiap ada orang yang mau membuang sampah di sini malam-malam, kami tanyakan mereka berasal dari Kelurahan Klender atau enggak,” ujar Maimunah.

Pembuang sampah liar biasanya mengangkut dalam jumlah cukup besar. Amrul, pemulung lainnya, mengatakan, tidak hanya satu atau dua karung sampah yang dibuang. “Tak jarang ada yang membuang satu gerobak besar. Ada juga yang membuang puing bangunan dalam jumlah besar dengan mobil pick up,” ujar dia.

Amrul berkata, ia dan rekan-rekannya sudah melaporkan kejadian itu kepada petugas kebersihan. Namun, belum ditindaklanjuti. “Sebisa mungkin kami membantu menjaga keamanan TPSS Klender dari pembuang sampah liar,” ujar Amrul yang berpendapat jika sampah berantakan mengganggu pemandangan mata.

Usaha yang dilakukan para pemulung dengan menjaga kebersihan TPS Klender ternyata meringankan pekerjaan para petugas kebersihan resmi. “Kami sangat terbantu dengan keberadaan mereka. Dengan sukarela mereka membantu kebersihan TPSS ini,” ujar Mulice (50), kepala Seksi Kebersihan Kecamatan Duren Sawit.

Mulice mengatakan, setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutus kontrak dengan swasta terkait pengangkutan sampah, kini hanya 107 truk sampah yang bisa beroperasi. Akibatnya, banyak sampah menumpuk. Sebenarnya, ada 700 truk sampah, tapi peremajaannya terkendala anggaran yang belum turun. “Diharapkan, unit truk sampah bisa terus bertambah,” ujar Mulice.

Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur Apul Silalahi mengakui pihaknya kurang maksimal dalam pengangkutan sampah. Kendalanya tak lain lantaran berkurangnya truk sampah pascapemutusan kerja sama dengan pihak swasta. “Sejak pengelolaan sampah secara swakelola, truk hanya bisa sekali sehari mengangkut sampah,” ujar Apul Silalahi (56).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement