REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Bantuan benih padi bagi para petani yang lahan pertaniannya puso akibat terdampak bencana banjir di Jawa Tengah terlambat turun. Akibatnya, sebagian petani di Jawa Tengah --yang lahan pertaniannya rusak terendam banjir-- belum dapat melakukan kegiatanya bercocok tanam.
"Padahal, musim kemarau di Jawa Tengah segera tiba," ujar Ketua Fraksi PPP DPRD Jawa Tengah, Istajib AS di Semarang, Kamis (13/3).
Menurut Istajib, luas lahan pertanian pangan di Jawa Tengah yang terkena banjir beberapa waktu lalu mencapai 46.000 hektare lebih. Dari jumlah ini, sedikitnya 36.000 hektare lebih tanaman pangan mengalami puso yang tersebar di 14 kabupaten, di Jawa Tengah.
Janji pemerintah yang akan membantu benih padi bagi petani yang lahannya puso dibeberapa tempat ternyata terlambat. Seperti di Kabupaten Jepara, Pati, Kudus, Grobogan dan sebagian Kabupaten Demak sampai sekarang belum kunjung turun.
Sebagian petani yang mampu mengupayakan benih padi secara swadaya saat ini sudah mulai menanam, karena mereka menghindari datangnya musim kemarau. Namun sebagian petani sampai saat ini belum dapat menanam kembali pada lahan pertanian mereka yang rusak akibat banjir.
"Hal ini menunjukkan bantuan benih padi yang dijanjikan oleh pemerintah tidak tepat waktu dan terancam mubazir," tambah Istajib.
Karena itu, tambahnya, FPPP DPRD Jawa Tengah berharap prosedur pengajuan bantuan benih dari masyarakat dievaluasi dan dirubah. Bantuan untuk bencana alam ini harusnya jangan bertele-tele, sehingga kejadian semacam ini sering terulang karena faktor birokrasi yang berkepanjangan.
"Harapan kami pemprov mengusulkan kepada pemerintah pusat. Kedepan bantuan kepada petani dipercayakan saja kepada pemerintah kabupaten/kota," kata dia.
Bila perlu, para petani juga diupayakan solusi berupa kebijakan kredit bunga ringan.
“Sehingga para petani dapat kembali bangkit,” tambahnya.