Kamis 13 Mar 2014 20:00 WIB

Warga Suku Dayak Tolak Penggusuran Lahan Untuk Tol Pantura

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah kendaraan keluar gerbang Tol Cikampek, Cikopo, Purwakarta, Jawa Barat. (ilustrasi)
Foto: Antara/M Ali Khumaini
Sejumlah kendaraan keluar gerbang Tol Cikampek, Cikopo, Purwakarta, Jawa Barat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG-- Warga keturunan suku Dayak, yang tinggal di Kampung Cihurik, Desa Padaasih, Kecamatan Cibogo, Subang, Jawa Barat, tolak eksekusi lahan untuk pembangunan Tol Cikopo-Palimanan. Pasalnya, belum ada kesepakatan harga. Namun, pihak terkait kabarnya akan mengeksekusi lahan tersebut. Meskipun tanpa persetujuan pemiliknya.

Waran (73 tahun), warga suku Dayak Indramayu, mengatakan, suku Dayak yang ada di perkampungan ini sudah menetap sejak 1983 lalu. Semuanya sudah beranak pinak. Selama ini, keamanan tetap terjaga. Tetapi, sejak adanya proyek nasional pembuatan Tol Cikopo-Palimanan, keamanan mulai terusik.

"Apalagi, soal lahan kami yang akan tergusur proyek nasional itu," ujar Waran, Kamis (13/3).

Terusiknya, disebabkan sampai hari ini belum ada kesepakatan harga. Warga suku Dayak ini menginginkan, harga lahan Rp 500 ribu per meter. Tetapi, pemerintah membelinya hanya Rp 35 ribu per meter.

Adapun lahan Waran yang terkena gusuran tanah ini, sekitar 2.700 meter. Belum lagi, lahan milik warga lainnya. Bila tak ada kesepakatan harga, lanjut Waran, penduduk suku Dayak ini bersikukuh tidak akan menjual lahannya ke pemerintah.

"Kalau ada eksekusi, kami siap pasang badan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement