REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus memantau ancaman rawan pangan akibat gagal panen, menyusul minimnya curah hujan di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
"Pantauan di lapangan ini untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah penanganan, untuk membantu rakyat di daerah itu," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT Yohanis Tay, di Kupang, Kamis.
Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan adanya laporan mengenai ancaman rawan pangan yang mengancam warga pada sejumlah desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan, akibat minimnya curah hujan pada musim tanam tahun 2013/2014.
Di Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan, hingga saat ini curah hujan rendah, bahkan nyaris tidak ada hujan sehingga tanaman pertanian milik para petani mengalami kekeringan.
Kondisi itu berdampak pada tanaman jagung yang ditanam November dan Desember 2013 terancam puso, sehingga berpengaruh pula pada ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat setempat.
Yohanis Tay mengatakan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk melakukan identifikasi permasalahan di lapangan.
Identifikasi lapangan ini diperlukan agar bantuan yang akan diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat di lapangan.
"Kalau kita ingin membantu benih misalnya, apakah benih yang diberikan nanti bisa ditanam atau tidak. Jangan sampai tidak bisa ditanam karena tidak ada hujan sehingga benih yang diberikan justru mubazir," katanya.
Karena itu, kata dia, permasalahan di lapangan harus benar-benar menjadi acuan dalam mengambil langkah penanganan, katanya.