REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seluruh anggota Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak (PA) sudah sepakat tentang bahaya merokok bagi anak-anak. Jadi tokoh-tokoh pembela hak anak, termasuk komisioner Komnas PA dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) jangan menjadi "role model" anak-anak untuk merokok.
Kritik ini diungkapkan Ketua Dewan Pembina Komnas PA, Seto Mulyadi, yang juga anggota Tim Ahli KPAI, saat diwawancarai Rabu siang (12/3), usai konferensi press "Deklarasi Gerakan Semesta Perlindungan Anak" di Gedung KPAI, Jakarta.
"Karena komisioner terkait erat dengan anak-anak, kita juga sudah sepakat rokok iberbahaya bagi anak-anak. Jadi, jangan jadi role model," tutur Seto Mulyadi.
Sewaktu proses pemilihan komisioner KPAI, Seto Mulyadi pun mengatakan jangan pilih calon komisioner yang merokok. Jadi, para tokoh pembela hak anak tolong hilangkan kebiasaan merokok agar tidak ditiru anak-anak.
Terkait Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SMNPTN), terang Seto Mulyadi, seharusnya memperbolehkan anak-anak-difabel mengikuti semua jurusan. Kebijakan itu harus dikritisi juga.
Pasalnya, ujar Seto Mulyadi, negara kita sudah meratifikasi konvensi internasional yang menghargai hak-hak masyarakat difabel untuk memperoleh pendidikan.
Untuk tuna netra misalnya, jelas Seto Mulyadi, bisa dibantu dengan huruf Braille, sedangkan untuk tuna rungu bisa dengan bahasa isyarat. Banyak sekali anak-anak difabel yang bisa berhasil dan sukses dalam profesi yang ditekuni.