Rabu 12 Mar 2014 10:11 WIB

50 Persen Jajanan SD Berbahaya

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Muhammad Hafil
Waspadai jajanan anak/ilustrasi
Foto: nwitimes.com
Waspadai jajanan anak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Hampir 50 persen jajanan makanan di sekolah-sekolah SD di Depok ternyata berbahaya untuk dikonsumsi. Demikian diungkapkan Kepala Seksi Sertifikasi Balai Badan Penelitian Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi Jawa Barat (Jabar), Kemala Hertati saat memantau segala macam jajanan anak sekolah untuk mensosilisasi program Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di SDN Beji 4, 5, 6 dan 7, Perumnas Depok Utara, Beji, Depok, Rabu (12/3).

"Makanan jajanan yang berbahaya itu akan menjadi ancaman yang bisa menganggu kesehatan dan kecerdasan anak,'' kata Kemala yang mengungkapkan untuk memantau makanan jajanan berbahaya bagi anak-anak SD maka BBPOM Jabar membentuk Tim Keamanan Pangan (TKP) yang beranggotakan Kepala Sekolah (Kepsek), guru, pengelola kantin, orang tua murid dan komite sekolah.

"Tim tersebut akan memantau jajanan makanan, karena masih banyak guru dan orang tua murid yang belum memahami ciri-ciri dari makanan yang berbahaya, Jadi tugas mereka harus bisa mengawasi secara bersama. Saat ini mereka sudah diberi pengarahan bagiamanan mengidentifikasi PJAS yang aman dan tidak aman, tinggal diaplikasikan saja," ujar Kemala.

Dalam acara yang juga sekaligus melaksanakan sosialisasi PJAS yang aman dan sehat, di hadiri tujuh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan TK dan SD se Kecamatan di Kota Depok. "Persoalan jajanan makanan anak-anak bukan saja tugas TKP tetapi juga lembaga-lembaga yang konsen dan peduli dengan dunia pendidikan serta stakeholder lainnya," terangnya.

Pada tahun 2012, lanjut Kemala beberapa pihak yang memang peduli dengan dunia pendidikan dan kesehatan sepakat untuk membentuk Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT) Nasional. ''Tim ini terdiri dari pemerintah, industri, akademisi dan konsumen. Kerja tim ini adalah memperbaiki mutu dan keamanan pangan,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement