REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota Pekanbaru semakin diselimuti asap hasil pembakaran hutan. Bahkan, asap tersebut semakin pekat sehingga membahayakan masyarakat disana.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan pembakaran lahan dan hutan di Riau masih marak dilakukan. Pantauan satelit NOAA18 menunjukkan ada 145 titik api di Riau. Konsentrasi titik api di Bengkalis 38, Meranti 20, Siak 19, Pelalawan 19, Dumai 17, Inhil 15, Rohil 14, dan Kuansing 3.
"Cagar biosfer Giam Siak Kecil masih terbakar," paparnya, kepada Republika, Selasa (11/3). Hal ini sangat merugikan karena cagar biosfer tersebut tempat habitat gajah, harimau Sumatera, tapir, beruang, dan fauna lainnya.
Pantauan dari udara terlihat pembalakan liar merambah cagar biosfer secara sistematis. Asap pekat dari daerah yang terbakar terbawa angin.
"Dominan dari timur laut ke barat daya sehingga menyebabkan jarak pandang di Pekanbaru berkurang," jelasnya.
Pada Selasa (11/3) pagi hari, jarak pandang hanya 200 meter. Kualitas udara di Riau juga makin buruk, bahkan beberapa daerah sudah tingkat berbahaya karena di atas 300 psi.
Tercatat kualitas udara yang sudah berbahaya terdapat di Duri Camp (409 psi), Duri Field (>500 psi), Siak (500 psi), Kandis (500 psi), Perawang (500 psi), Bangko (>500 psi), dan Libo (449 psi). Akibatnya warga yang terkena penyakit akibat asap juga terus bertambah. Terdapat 41.589 jiwa menderita ispa, 1.544 jiwa menderita asma, 1.385 jiwa iritasi mata, 2.084 jiwairitasi kulit, dan 862 jiwa pneumonia.