Selasa 11 Mar 2014 00:24 WIB

Pangkostrad Ajak Mahasiswa Menangkal Proxy War

Rep: Hannan Putra/ Red: Muhammad Hafil
Para mahasiswa peserta Ekspedisi NKRI (berkaus oranye) sedang berpose bersama Pangkostrad Letjen TNI Gatot Nurmantyo (pegang tongkat komando)
Foto: Pryantono Oemar/Republika
Para mahasiswa peserta Ekspedisi NKRI (berkaus oranye) sedang berpose bersama Pangkostrad Letjen TNI Gatot Nurmantyo (pegang tongkat komando)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Universitas Indonesia (UI) menggelar Kuliah Umum yang dibawakan Pangkostrad Letjen TNI Gatot Nurmantyo, Senin (10/3). Kuliah umum bertajuk “Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War” tersebut digelar di Balai Sidang UI kampus Depok. 

Dalam kuliah umumnya, Letjen TNI Gatot Nurmantyo memaparkan sifat dan karakteristik perang telah bergeser seiring perkembangan teknologi.  Menurutnya, Di masa yang akan datang, di mana energi fosil pada tahun 2043 akan habis dan digantikan dengan bio energi, sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi.  

Indonesia sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara.  Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi dan persiapan yang matang agar bangsa Indonesia mampu menjamin tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Bertambah pesatnya populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih dan energi akan menjadi pemicu munculnya konflik-konflik baru. Dengan adanya tuntutan kepentingan kelompok telah menciptakan perang-perang jenis baru diantaranya perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy sehingga kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara dewasa ini semakin kecil. Perang Proxy atau Proxy War merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh.

"Perang proxy tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh menggunakan dan mengendalikan actor non state," tutur Gatot. Menurutnya, Indikasi adanya Proxy War diantaranya Gerakan separatis, Demonstrasi massa dan Bentrok antar kelompok.

Ia memesankan, pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal proxy war diantaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter.

"Intinya yang terbaik adalah Back to basic, mengerti bahwa cinta dan peduli akan kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi diatas kepentingansegala-galanya," papar Gatot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement