Senin 10 Mar 2014 14:17 WIB

IBF Capai Target Pengunjung

Pelajar tengah membaca buku di salah satu stan penerbit dalam ajang Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supri
Pelajar tengah membaca buku di salah satu stan penerbit dalam ajang Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah, Fuji Pratiwi

Pada hari terakhir, pengunjung antre hingga satu jam untuk keluar masuk arena pameran.

JAKARTA - Kepadatan pengunjung pada hari terakhir Islamic Book Fair (IBF), Ahad (9/3), mencapai puncaknya.

Arus keluar masuk pengunjung di sepanjang koridor Istora Senyan berjalan lambat. Mereka juga memadati panggung utama seiring silih berganti tokoh yang hadir.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro mengatakan, saat berkeiling ke seluruh stan pada pukul 16.00 WIB, terlihat jumlah pengunjung sangat luar biasa.

“Ini karena Allah SWT. Jadi, target sekitar 42 ribu pengunjung per hari tercapai,” katanya. Bahkan, pengunjung harus antre setengah hingga satu jam untuk keluar atau masuk arena pameran.

Afrizal juga melihat penjaga stan tersenyum saat disapa. Ini menunjukkan transaksi penjualan buku mereka pun rata-rata menggembirakan.

Meski demikian, apa pun hasilnya pada IBF 2014 yang berlangsung sejak 28 Februari lalu, tentu ada kelebihan dan kekurangannya. “Ini akan menjadi evaluasi bagi kami untuk penyelenggaraan pameran tahun depan,” kata Afrizal menegaskan.

Meski belum memegang data pasti, Wakil Ketua Panitia IBF 2014 M Anis Baswedan optimistis target 410 ribu pengunjung tercapai. Bahkan, banyak pondok pesantren dan sekolah yang mengagendakan hadir ke IBF sebagai bagian field trip.

“Saya menemukan anak SMP dari satu pondok pesantren yang setahun menabung untuk bisa membeli buku di IBF. Saya yakin, masih ada ratusan anak yang melakukan hal serupa,” ujar Anis. Mereka akan memperoleh manfaat dari buku yang dibelinya.

Chief Editor Penerbit Republika Irwan Ariefyanto mengungkapkan pengunjung sempat menyemut di stannya pada Ahad. Terlebih, saat penulis Tere Liye hadir di sana untuk book signing.

Ia menuturkan, hingga hari terakhir, target omzet penjualan hampir tercapai. Promosi aktif, lokasi yang mendukung, ditambah banyaknya pengunjung anak muda dari sekolah dan pondok pesantren cukup mendongkrak penjualan.

Buku yang bervariasi menguntungkan pula bagi Penerbit Republika, terutama novel bernilai Islam. Buku karya Tere Liye menjadi yang paling laris. Pada hari terakhir 500 hingga 800 eksemplar terjual dalam sekejap.

Konsultasi menulis yang dibuka Penerbit Republika juga ramai. Kegiatan ini memungkinkan pengunjung memasukkan naskah karyanya ke penerbit. “Ratusan naskah yang didominasi novel karya anak muda, sudah masuk. Nanti dipilah,” kata Irwan.

Ia melihat ini indikasi semakin banyaknya anak muda tertarik menulis buku mulai dari cerita anak hingga novel. Meski menolak menyebutkan angka, Marketing Manager Gema Insani Press (GIP) Abdul Latief mengaku omzet yang diperoleh jauh dari target.

Ia beralasan, jumlah pengunjung ke stan GIP tahun ini tidak seramai tahun lalu. Ada sejumlah buku yang banyak terjual.

Di antaranya, jilid 1,2, dan 15 Tafsir al-Munir. Rasulullah My Doctor, Ensiklopedia Kiamat, dan Tafsir Ibnu Katsir juga laris dibeli. Termasuk, buku-buku yang menyasar segmen anak-anak.

Selain itu, Direktur Operasional Penerbit Zikrul Hakim Bestari Amalia Safitri mengatakan, untuk meluaskan distribusi buku Islam, acara serupa IBF bisa dilakukan Ikapi daerah.

Sebab selain dinantikan, IBF juga menjadi ajang promosi baru, menjual habis stok buku, dan membentuk citra penerbit. Ia berharap akan lebih banyak peserta yang bergabung pada tahun depan.

Ketua Panitia IBF 2014 Abdullah Fanani mengatakan, mayoritas pengunjung puas dengan pameran ini. Berdasarkan survei langsung, transaksi penjualan pada hari terakhir pameran diperkirakan lebih dari Rp 100 juta.

Menurutnya, ada peserta mengeluhkan stan mereka yang kurang ramai pengunjung. Ia menduga kejadian itu disebabkan produk penerbit yang tak cukup menarik pengunjung. Misalnya, harga bukunya terlalu mahal atau menjual buku politik dan hukum yang kurang peminatnya.

Buku-buku yang diminati pengunjung umumnya mengenai perempuan, anak-anak, dan referensi. Selain itu, bisa jadi peserta pameran yang kurang ramai dikunjungi disebabkan salah strategi penjualan.

“Mereka hanya memberikan diskon 10 sampai 20 persen,” ujarnya. Padahal, ada peserta lain yang memberi diskon hingga 80 persen. Tentu pengunjung lebih memilih diskon yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement