REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Asosiasi petani tebu rakyat Indonesia (APTRI) Jabar berharap agar pemerintah menaikkan harga patokan petani (HPP) gula 2014. Hal itu untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi maupun rendahnya rendemen agar mereka tak merugi.
Untuk HPP 2014, kami berharap naik menjadi Rp 9.800 per kg,’’ ujar Sekretaris DPD APTRI Jabar, Haris Sukmawan, akhir pekan kemarin.
Haris menyebutkan, HPP gula 2012 dan 2013 hanya berada pada kisaran Rp 8.100 per kg. Dia menilai, angka itu tidak sebanding dengan besaran biaya produksi yang harus dikeluarkan para petani.
Ditambah lagi, lanjut Haris, tingkat rendemen gula yang diberikan pabrik gula juga rendah. Bahkan, rendemen pada musim giling 2013 mencapai angka terendah dibandingkan periode beberapa tahun terakhir.
Menurut Haris, jika HPP gula dan rendemen rata-rata masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, maka dipastikan budidaya tebu rakyat di Jabar akan turun drastis. Pasalnya, para petani tebu akan ramai-ramai beralih pada komoditas lain yang lebih prospektif. "Peralihan petani tebu ke komoditas lain di Jabar sudah mulai terlihat,’’ terang Haris.
Haris berharap, pemerintah menaikkan HPP gula tahun ini. Selain itu, dia meminta ada upaya serius dari pengelola pabrik gula (PT RNI) untuk melakukan revitalisasi mesin pabrik guna meningkatkan rendemen gula.
Terpisah, berdasarkan data dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) DPD Jawa Barat, luas areal tebu di Kabupaten Cirebon kini hanya ada sekitar 7.000 hektare. Padahal beberapa tahun sebelumnya, luasnya mencapai 15.000 hektare.
Ketua DPD APTRI Jawa Barat, Anwar Asmali, mengungkapkan, beralihnya petani tebu rakyat ke komoditas pertanian lain disebabkan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada petani tebu rakyat.