Ahad 09 Mar 2014 22:14 WIB

Legislator: Kelurahan di Kepri Perlu Waduk

Pusat pemerintahan Propinsi Kepri yang sedang dibangun
Pusat pemerintahan Propinsi Kepri yang sedang dibangun

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Riau Ing Iskandarsyah berpendapat, setiap kelurahan yang mengalami krisis air membutuhkan waduk untuk menampung air bersih.

"Tanpa tempat penampung air bersih, krisis air akan terjadi setiap tahun. Bahkan akan semakin parah pada masa yang akan datang," tambahnya, yang diusung Partai Keadilan Sejahtera, Minggu.

Menurut dia, pemerintah perlu membangun waduk atau kolam sebagai penampung air hujan untuk mengatasi krisis air di Tanjungpinang, Bintan dan Karimun, yang terjadi sejak dua bulan terakhir. Sebab, sumber utama air bersih pada tiga daerah tersebut adalah air hujan.

Hampir semua air di sungai maupun sumur bukan bersumber dari mata air, melain air hujan yang diresap. Karena itu pada saat hujan, kesediaan air di sumur milik warga banyak.

Sebaliknya, saat tidak terjadi hujan, sumur maupun sungai mengering, seperti yang terjadi sekarang.

"Desain yang tepat dalam menata ketersediaan air adalah membuat wadah untuk menampung air. Wadah itu harus dirawat dan dikelola dengan baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Iskandarsyah yang berasal dari daerah pemilihan Karimun menambahkan, pemerintah memiliki kewajiban untuk mengatasi permasalahan ini. Pemerintah tidak boleh tutup mata membiarkan masyarakat yang kesulitan air terpaksa mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli air.

Saat ini, masyarakat kesulitan mendapatkan air terpaksa mengeluarkan uang Rp50.000-Rp100.000 untuk membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Harga air itu sekarang lebih mahal daripada 1 kg beras, daging ayam dan sayur. Ini bukan pemandangan yang wajar," ungkapnya, yang baru-baru ini melaksanakan reses di Kundur, Karimun.

Sedangkan masyarakat yang tidak memiliki uang terpaksa mengangkat air atau mungkin menggunakan air yang tidak layak digunakan. Seharusnya, pemerintah malu melihat masyarakat yang kurang mampu antre untuk mendapatkan bantuan air dari berbagai pihak.

"Jangan dibiarkan masyarakat tidak mampu tambah menderita hanya karena kekurangan air.

Sama seperti kondisi di Tanjungpinang dan Bintan, masyarakat Kundur juga mengeluhkan sulitnya mendapat air bersih. Bahkan perusahaan daerah air minum juga tidak mampu mengatasi permasalahan itu lantaran keterbatasan sumber air baku.

Kesulitan masyarakat untuk mendapatkan air secara ekonomis pada tahun ini ternyata lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan sejak dua bulan terakhir tidak terjadi hujan.

"Mungkin hari ini yang masih bisa menikmati air bersih para pelanggannya, meski intensitasnya menurun. Saya berharap waduk atau kolam sebagai sumber air bersih itu diperbanyak, dan dikelola secara maksimal. Selama ini, yang diharapkan hanya dari waduk yang jumlahnya terbatas," katanya.

Selain mendirikan waduk di setiap kelurahan, lanjutnya, Pemerintah Tanjungpinang dan Bintan perlu mencontoh Batam, yang mampu melayani kebutuhan air masyarakat. Batam memiliki dam yang sumber airnya tidak terbatas.

"Batam itu patut dicontoh. Sistem pengelolaan airnya cukup baik," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement