REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten mendorong warganya untuk tidak bergantung pada nasi sebagai makanan pokok.
"Memang susah menghilangkan ketergantungan masyarakat terhadap nasi, tapi kita akan terus berupaya mengajak warga agar mau mengkonsumi jenis makanan lain," kata Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang Nuriyah di Pandeglang, Kamis (6/3).
Di Kabupaten Pandeglang, kata dia, banyak makanan lain yang bisa dijadikan sebagai pengganti nasi, terutama jenis umbi-umbian.
Ia juga menyatakan, mengganti makanan dari nasi yang jenis lainnya tidak berarti akan terjadi kurangnya asupan gizi. Masalah gizi tetap menjadi perhatian.
"Masalah gizi tetap kita perhatikan. Makan non-nasi kan juga bisa dibarengi dengan lauk-pauk, sehingga asupan gizi bisa tetap terjaga," katanya.
Nuriyah juga menyatakan, di Provinsi Banten, Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang paling kaya potensi pangan lokalnya, yang terbanyak jenis umbi-umbian.
Makanan dari umbi-umbian, kata dia, juga bisa dioleh sehingga bisa menjadi panganan yang memiliki rasa beraneka ragam sesuai yang diinginkan.
"Saat lomba cipta menu makanan kita mendapat peringkat satu tingkat provinsi, dan makan yang diolah berbahan baku talas, sejenis umbi-umbian," katanya.
Terkait target capaian diversifikasi pangan, menurut dia, mamang belum bisa diwujudkan dalam waktu dekat, tapi secara bertahap akan terus diupayakan.
"Memang perlu waktu untuk melakukan diversifikasi pangan ini, terutama bagi warga yang tinggal dipelosok," katanya.
Ia juga menyatakan, ke depan akan diupayakan adanya semacam gerakan mengurangi konsumsi nasi, dan itu bisa diwujudkan dengan pengaturan pola makan.
"Misalnya, untuk sarapan jangan nasi, pada siang hari baru makan nasi, dan malam harinya kembali mengkonsumi panganan lain, dengan pola itu saya yakin diversifikasi pangan bisa terwujud," katanya.