REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan jumlah titik panas (hotspot) yang mengindikasikan kebakaran di Indonesia berada pada urutan kelima terbanyak di ASEAN.
Berdasarkan data BNPB di Pekanbaru, Kamis, mengungkap kajian ASMC (ASEAN Specialised Meteorological Center) menunjukan jumlah titik panas pada kurun waktu Januari hingga awal Maret 2014. Jumlah "hotspot" Indonesia berdasarkan pantauan satelit NOAA-18 pada periode itu mencapai 3.076 titik.
Jumlah titik panas Indonesia berada pada urutan kelima, sedangkan urutan pertama adalah Kamboja dengan 8.988 titik panas. Kemudian peringkat kedua dan selanjutnya antara lain Thailand dengan 5.288 titik panas, Myanmar 5.015 titik, dan Vietnam berada di peringkat empat dengan 3.272 titik panas.
"Itu jumlah kumulatif Januari sampai dengan Maret, data dari ASMC," kata Kepala Divisi Data BNPB, Agus Wibowo.
Hanya saja, ia mengatakan, karakteristik Indonesia yang mengalami kebakaran di lahan gambut membuat kondisi asap berbeda. Keempat negara tersebut kemungkinan tidak mengalami bencana asap seperti halnya yang terjadi di Provinsi Riau saat ini.
Tanah gambut memiliki karakteristik tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk, dan apabila terbakar menimbulkan asap pekat. Karena itu, tidak mengherankan asap kebakaran lahan gambut bisa sangat berbahaya bagi manusia dan berdasarkan data Satgas Tanggap Darurat Riau sudah ada lebih dari 31.000 warga Riau terserang penyakit gara-gara polusi asap.
"Itu dia bedanya, urusan asap, kita juaranya," kata Agus.