REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Jalur utama pantai utara (Pantura) yang terbentang dari Cikampek (Karawang) sampai perbatasan Subang-Indramayu, kondisinya masih memprihatinkan.
Padahal, instansi terkait mengklaim pascabanjir Januari lalu, jalur Pantura langsung diperbaiki. Nyatanya, jalan nasional ini masih diwarnai dengan lubang-lubang yang hanya ditutup oleh material batu kapur. Akibatnya, kerusakan pantura ini menyebabkan banyak korban berjatuhan.
Asep Nandang (41 tahun), warga Kecamatan Cilama Wetan, mengaku, sepekan terakhir dirinya jatuh dari sepeda motor di jalur pantura, Jatisari, Karawang. Saat itu, dia hendak pulang ke rumahnya. Namun, belum juga sampai, sepeda motornya melindas jalan berlubang yang telah ditutupi batu kapur.
"Saya terjatuh, sampai kaki kiri mengalami patah tulang," ujarnya, kepada Republika, Rabu (5/3).
Nandang mengaku, kecelakaan yang menimpa dirinya ternyata dirasakan oleh lima pengendara lain. Hampir bersamaan dengan Nandang, ada lima pengendara lain yang terjatuh di pantura. Salah satunya, warga Cirebon. Mayoritas, korban pantura ini mengalami patah tulang.
Kecelakaan yang menimpanya ini, lanjut Nandang, seharusnya tak terjadi. Bila pemerintah serius menangani kerusakan jalur pantura. Sebab, kecelakaan pengendara sepeda motor, bukan disebabkan adu bagong dengan kendaraan lain. Melainkan, korban jatuh dari sepeda motor yang menggilas jalan berlubang yang sebelumnya telah tertutup batu kapur tersebut.
"Kalau sudah celaka begini, siapa yang akan tanggung jawab? Makanya pemerintah, pantura itu harus segera diperbaiki permanen," ujarnya dengan nada kesal.