Rabu 05 Mar 2014 17:46 WIB

Din: Masalah Bangsa Butuh Pemimpin Tegas

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin namanya disebut-sebut sebagai salah satu capres yang diusung PPP.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin namanya disebut-sebut sebagai salah satu capres yang diusung PPP.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai pemimpin bangsa  Indonesia tidak boleh gamang dalam memutuskan suatu masalah sehingga perlu ketegasan  dalam bersikap.

"Pemimpin itu harus tegas dan tidak boleh ada keraguan dalam mengambil keputusan," kata Din usai diskusi seri ke-I bertajuk "Neo Berdikari: Masa Depan Indonesia yang Berdaulat, Bedaya Saing dan Menyejahterakan Rakyat" di Jakarta, Rabu (5/3).

Dia menilai konsep yang baik dalam sebuah negara ditentukan keputusan penerapannya dari seorang pemimpin. Karena itu, menurut dia, diperlukan kemauan politik seorang pemimpin dalam memutuskan kebijakan yang menyejahterakan rakyat.

"Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini karena tidak adanya 'political will' dari

pemimpin kita," ujarnya.

Di masa depan, menurut Din, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tegas sebagai penyelesai masalah bukan penumpuk dan yang lari dari masalah. Dalam diskusi tersebut Ketua Komisi IV DPR RI Romahurmuziy mengatakan tidak banyak  pemimpin yang dapat memilih terhadap suatu kebijakan.

Dia mencontohkan, Kementerian Pertanian diminta untuk meningkatkan hasil pertanian namun di sisi lain Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan diminta untuk  mengimpor beras, gula dan kebutuhan pokok secara besar-besaran.

"Indonesia harus memilih sektor apa yang mau dijadikan konsentrasi kita," tegasnya. Dia mencontohkan Taiwan yang hampir 100 persen mengimpor daging dan gula namun bergerak pada sektor nilai tambah. Kondisi itu, menurut dia, menyebabkan Taiwan menjadi  salah satu negara dengan devisa terbesar yaitu 380 miliar dolar AS.

"Konsep neo-berdikari itu bagaimana kita mencukupi kebutuhan sendiri, sektor pertanian Indonesia, bagaimana meletakkan pangan sebagai hal yang tidak bisa ditawar," ujarnya.

Dia menilai saat ini Indonesia berada pada politik yang ambigu, ada yang meminta ke suatu arah diikuti ke arah lain pun ikut. Romy menjelaskan petani dan nelayan Indonesia merupakan sektor ekonomi paling lemah

padahal banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sektor tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement