REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengerjaan proyek monorel di Jakarta kembali dilanjutkan. Sejak 27 Februari lalu, PT Jakarta Monorail -- pelaksana kerja sama pembangunan monorel di Jakarta -- memulai fase prakonstruksi.
PT Jakarta Monorail sedang menggelar survei penyelidikan tanah (soil investigation) di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, titik pemberhentian pertama jalur monorel Blue Line yang menghubungkan Kampung Melayu dengan Taman Anggrek (Jakarta Barat).
Survei tanah di jalur sepanjang 13,7 kilometer ini akan berlangsung 100 hari melalui kegiatan uji tanah di setiap jarak 100 meter serta penggalian hingga kedalaman 30 meter untuk mendapatkan sampel tanah.
“Penyelidikan tanah adalah salah satu langkah paling penting dalam proses konstruksi,” ujar Direktur Teknis PT Jakarta Monorail (JM), R Bovanantoo dalam siaran pers yang diterima ROL, Rabu (5/3).
Menurut Bovanantoo, proses ini penting untuk menyiapkan desain pondasi yang tepat pada setiap lokasi. Survei ini akan dilakukan lebih agresif juga ditujukan untuk membantu percepatan pembangunan konstruksi monorel, kriteria dari settlement hanya diberi toleransi 3 milimeter.
“Ini penting juga untuk menjamin keamanan para penumpang nantinya,” kata Bovanantoo.
Jalur Blue Line adalah satu dari dua jalur monorel yang dikerjakaan PT JM. Selain Blue Line, PT JM mengerjakan jalur Green Line yang melingkar sepanjang 14,3 kilometer dari Palmerah, SCBD, Kuningan Sentral, Karet, kembali ke Palmerah.
PT JM merancang dua stasiun interchange di Kasablanka dan Karet untuk penumpang beralih di antara dua jalur, serta membangun stasiun Dukuh Atas untuk penumpang beralih ke Busway, MRT, atau Commuter Line.
Di koridor Green Line, PT JM juga sudah melanjutkan pekerjaan dengan melakukan kegiatan pondasi bore pile di Taman Setiabudi Utara, yang dilanjutkan dengan beberapa pengujian pile seperti thermal test, PIT, dan loading test.