Ahad 02 Mar 2014 18:07 WIB

BMKG: Terjadi Anomali Cuaca Besar-Besaran di Kepri

Cuaca ekstrim.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Cuaca ekstrim. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat anomali cuaca secara besar-besaran dan terlama kurun waktunya sedang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

"Dalam catatan kami, bulan kering yang terjadi di Batam, Bintan, Tanjungpinang dan Karimun yang terjadi sejak 45 hari yang lalu merupakan terlama. Ini adalah anomali cuaca besar-besaran, yang selama ini belum pernah terjadi," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjungpinang Hartanto, Ahad (2/3).

Perkiraan BMKG Tanjungpinang terkait terjadinya hujan di Kepulauan Riau (Kepri) dua kali meleset. Pertama, BMKG memprakirakan hujan terjadi di atas tanggal 20 Februari 2014. Kemudian prakiraan yang kedua, hujan akan mengguyur Batam, Bintan, Karimun dan Tanjungpinang pada awal Maret. Hujan terjadi bersamaan dengaan perubahan arah angin dari utara ke barat daya. "Sampai sekarang ternyata belum terjadi perubahan arah angin. Sekarang masih musin angin utara," ungkapnya.

Hal itu menyebabkan konsidi udara menurun dan menghambat pertumbuhan awan. Pada permukaan air laut juga masih dingin sehingga awan sulit terbentuk. "Butuh waktu berminggu-minggu agar terjadi perubahan, sehingga awan terbentuk," ucapnya.

 

Bulan kering yang terjadi di Kepri, diprakirakan justru terjadi dalam waktu yang lama. Hal itu disebabkan faktor dari luar yaitu subsidensi yang meluas dari sekitar lintang menengah sampai ke khatulistiwa. "Kepri terkena dampak terbesarnya, dibanding wilayah lainnya," ujarnya.

Ia mengemukakan, Tanjungpinang dan Bintan kemarin sempat terjadi mendung dan gerimis sebentar, namun tiba-tiba hilang. Hal itu disebabkan awan-awan yang membentuk hujan terbawa oleh angin. "Peluang hujan di Tanjungpinang, Bintan, Karimun dan Batam pada saat ini sangat tipis," katanya.

Saat ini, hampir seluruh air di sumur warga Kota Tanjungpinang mengalami kekeringan. Warga terpaksa membeli air. "Kami berharap ada solusi yang diberikan pemerintah. Bahaya kalau kondisi ini terus dibiarkan," kata Melda, ibu rumah tangga yang tinggal di KM 8 Tanjungpinang.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement