Jumat 28 Feb 2014 01:01 WIB

Tri Rismaharini Jadi Primadona Baru Politik Indonesia

Rep: Heri Ruslan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Tri Rismaharini
Foto: Republika/Agung Supriyanto;
Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tampil sebagai salah satu top person dalam dunia politik di Indonesia.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang mengungkapkan, eksposure Tri Rismaharini di media semakin kencang meninggalkan figur-figur lain di ranah politik di Indonesia.

"Heboh isu pengunduran dirinya dari kursi wali kota Surabaya justru menempatkannya sebagai primadona baru dalam pentas perbincangan politik di Indonesia melebihi eksposure yang dialamatkan padanya karena prestasi-prestasinya selama ini," ungkap Rustika dalam siaran persnya, Kamis (27/2).

Nama Risma, kata Rustika, menjadi trending topik politik bersaing dengan nama Jokowi, Presiden SBY, serta para kandidat capres Indonesia seperti Prabowo, Aburizal Bakrie, serta Wiranto dalam minggu ini.

Fenomena politik tersebut telah diukur oleh Indonesia Indicator (I2). I2 adalah lembaga riset berbasis piranti lunak Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisis indikasi politik, ekonomi, sosial di Indonesia melalui pemberitaan (media mapping).

Monitoring dilakukan secara real time, 24 x 7 x 365, dengan cakupan 337 media online nasional dan daerah dalam waktu dua bulan terakhir, yakni sepanjang 2014. Metode pengumpulan dilakukan oleh perangkat lunak crawler (robot) secara otomatis dengan analisis berbasis AI, semantik, dan text mining.

Menurut Rustika, dengan menggunakan trending analysis pemberitaan dengan tema politik secara umum, nama Tri Rismaharini sudah muncul dalam cluster trending sejak sebulan lalu.

"Bila pada pertengahan Januari lalu nama Tri Rismaharini masih berada dalam zona pinggiran, memasuki pertengahan Februari, Risma bergerak secara progresif mendekati Jokowi yang berada dalam zona pusat trending politik," paparnya.

Bahkan, kata Rustika, pada 24 Februari, nama Jokowi tidak muncul, namun nama Risma masih terdeteksi menjadi trending politik meski pada saat yang sama media di Indonesia sedang mengarahkan perhatiannya pada krisis politik di Ukraina di mana nama Viktor Yanukovych menjadi trending terkuat.

Temuan ini berasal dari 170 media yang membicarakan masalah politik selama periode 23 Januari - 24 Februari 2014 .

Begitu juga dalam lingkup yang lebih khusus, yakni pemberitaan mengenai PDIP. Meskipun masih kalah kuat dibandingkan Jokowi, nama Risma muncul kuat sebagai trending sejajar dengan jubir PDIP, Tjahjo Kumolo.

"Bahkan ketika dibandingkan dengan Megawati dan kader PDIP lainnya, nama Risma jauh lebih banyak dibicarakan media," kata Rustika.

Hal lain yang menguatkan bukti bahwa Risma menjadi primadona di panggung politik, tutur dia, adalah posisinya sebagai Top Influencer dalam topik Politik di Indonesia. Hal ini terjadi untuk pertama kalinya bagi Risma. Ini artinya, dia menjadi narasumber terbanyak yang dikutip media berkenaan dengan topik politik.

Dalam kurun waktu 17-24 Februari 2014, sebanyak 466 pernyataan dikutip oleh berbagai media di Indonesia. Dalam hal ini, posisinya mengalahkan Jokowi (319 statement) dan presiden SBY (173 statetment).

"Fenomena ini menunjukkan bahwa media sedang memberikan ruang artikulasi politik yang lebih besar kepada orang nomor satu di Surabaya ketimbang Jokowi dan presiden SBY," tutur Rustika.

Akan tetapi, popularitas Risma yang menjadi trending dan influencer yang paling berpengaruh – khususnya di bulan Februari -- tidak dibarengi oleh makin besarnya sentimen positif terhadap dirinya.

Ini bisa dilihat dari data yang menunjukkan pada bulan Januari sentiment positif terhadap Risma mencapai 66% sedangkan sentimen negatif hanya 18%. Namun situasi berbalik pada Fabruari, sentimen negatif meningkat menjadi 27% dan sentiment positif menurun hingga ke kisaran 38%.

Sentimen positif melekat pada Risma pada bulan Januari hingga minggu pertama Februari lebih banyak dikontribusi oleh pemberitaan keprihatinannya sebagai Walikota Surabaya yang menyaksikan Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang tidak dikelola secara baik serta isu pengunduran dirinya sebagai Walikota yang kemudian membuahkan aliran dukungan publik kepadanya mengingat kepemimpinan Risma yang dianggap berhasil dalam memimpin Surabaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement