Kamis 27 Feb 2014 17:20 WIB

Warga Jakarta Enggan Pindah ke BPJS Kesehatan

Rep: c64/ Red: Joko Sadewo
 Warga pemilik Kartu Jakarta Sehat (KJS) saat mendaftar untuk berobat di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Kamis (23/5).     (Republika/ Yasin Habibi)
Warga pemilik Kartu Jakarta Sehat (KJS) saat mendaftar untuk berobat di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Kamis (23/5). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak dua bulan lalu BPJS Kesehatan telah beroperasi. Namun, kebanyakan warga Jakarta yang masih menggunakan Kartu Jaminan Sehat (KJS) tidak ingin mengubahnya menjadi BPJS.

Alasan mereka, BPJS harus membayar sesuai golongan yang diinginkan, sedangkan KJS tidak perlu membayar apapun. ''BPJS kan harus bayar juga, kalau KJS ini //mah// tidak bayar apa-apa lagi,'' ujar Sumarni (72), warga Matraman, yang ditemui Republika di RS Budi Asih Jakarta, Kamis (27/2).

Menurut ibu dua anak ini, menggunakan KJS juga tidak perlu mengeluarkan biaya rawat inap di rumah sakit, khususnya di RSUD Budi Asih. Karena itu, Sumarni mengaku enggan mengganti kartu KJS-nya ke BPJS.

Beberapa warga pengguna Askes juga merasa direpotkan dengan kebijakan baru soal BPJS ini. Apalagi, peserta BPJS harus melampirkan surat rujukan dari puskesmas atau rumah sakit daerah. "Biasanya saya langsung bisa ke rumah sakit tanpa harus ada rujukan dari rumah sakit daerah," ujar Warningsih (53), warga Jatinegara.

Guru di salah satu Sekolah Menengah Atas di Jakarta itu menambahkan, sejak diberlakukannya BPJS ini, secara otomatis Askes-nya menjadi bagian dari peserta BPJS. Karena itu, dia harus ke rumah sakit daerah untuk mendapatkan surat rujukan. "Apabila tak ada surat rujukan dari daerah tidak di terima, yah bikin repot saja," kata Warningsih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement