Sabtu 22 Feb 2014 06:40 WIB

Solo Carnival Diselenggarakan Pada Malam Hari

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Bilal Ramadhan
KARNAVAL MALAM SEMARANG. Sejumlah peserta mengenakan beragam kostum kreasi saat mengikuti pagelaran
Foto: antara
KARNAVAL MALAM SEMARANG. Sejumlah peserta mengenakan beragam kostum kreasi saat mengikuti pagelaran "Semarang Night Carnival", Di Semarang, Jateng, Sabtu (28/4) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO-- Sedianya acara Solo Carnival akan diselenggarakan pada Ahad (16/2) lalu. Namun karena Gunung Kelud erupsi, penyelenggaraannya pun diundur menjadi pada hari ini. Solo Carnaval yang dihelat 2014 ini beda dengan tahun sebelumnya. Pagelaran kirab budaya kolosal dalam rangka memperingati HUT Kota Solo ke-265 ini, berlangsung pada malam hari.

Kirab melibatkan 750 penari dari pelbagai sanggar seni tari, dan wakil sekolahan, kampus, instansi, perusahaan, organisasi sosial kemsyarakatan, mengenakan kustum aneka batik bertema 'Darmaning Satriya'. Kirab dimulai pukul 19.00 WIB. Peserta kirab dari mulai kawasan Ngarsopuro, hingga kawasan Jendsud depan Balaikota Solo.

Berdasar pengalaman bertahun-tahun, baik kegiatan Solo Carnival, Batik Solo Carnival, atau beragam kirab lain, selalu memacetkan arus lalu-lintas, hingga mematikan aktivitas kehidupan sosial, ekonomi masyarakat sekitar. Karena, penyelenggaraan pada siang hari. Kali ini, pemkot mencoba menggelar malam hari.

Dari sisi konsep, penyelenggaraan Solo Carnaval tetap sesuai dengan rencana awal. Dengan mengusung tema Darmaning Satriya, kirab yang melibatkan 750 penari dari berbagai sanggar dan sekolah tersebut bisa meramaikan HUT Kota Solo ke-269.

''Konsep awal tetap sama, baik prosesi kirab maupun pementasan,'' kata Koordinator Solo Carnival 2014, Bambang Suhendro.

Sebelum melakukan atraksi pada panggung utama, Jalan Jenderal Sudirman (Jensud), peserta kirab berjalan dari kawasan Ngarsapura secara beriringan. Didepan panggung utama, mereka melakukan /performance/ sesuai skenario.

Kostum dan alur cerita dalam kirab tersebut tidak ada bedanya dengan pagelaran Wayang Orang (WO). Hanya saja, dari konsep penyajian yang berbeda. Nanti, tidak ada dialog antara lakon satu dengan lakon lain. Hanya gerak tubuh saja. Sementara, alur cerita dibacakan dengan narasi. n edy setiyoko

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement