REPUBLIKA.CO.ID, SOLO-- Pertunjukan wayang kolosal dalam rangka memperingati HUT ke-269 Kota Surakarta terpaksa mundur dari jadwal yang ditetapkan karena dampak dari erupsi Gunung Kelud. Ketua Penyelenggara Pertunjukan Wayang Kolosal Bambang Suhendro di Solo, Kamis, mengatakan, pertunjukkan itu sedianya digelar pada Minggu (16/2) tetapi akhirnya diundur hingga Sabtu (22/2).
Pementasan wayang orang kolosal yang mengambil cerita 'Darmaning Satrio', yang diawali dari Ngarsopuro terus menuju Jalan Slamet Riyadi dan menggelar aksinya di Jalan Jenderal Sudirman (depan Benteng Vastenburg). Ia mengatakan, pertunjukan perdana wayang kolosal ini dibuat tanpa dialog.
Sepanjang pertunjukan, penonton akan dikawal narasi yang dibacakan dengan Bahasa Indonesia. Pentas wayang ini diikuti sebanyak 1.000 orang dari Gedung Wayang Orang Sriwedari, Wayang Orang RRI, sanggar tari, komunitas seni, seniman, dan pelajar dilibatkan dalam pertunjukan ini.
Sebelum tampil membawakan fragmen cerita Karna Tanding, para pemain dan pengrawit yang mengisi gelaran Solo Karnaval, akan diarak dari Ngarsopuro menuju venue pementasan di Koridor Jenderal Sudirman, mulai pukul 19.00 WIB.
Ia mengatakan pementasan dengan kemasan baru ini untuk memberikan alternatif hiburan bagi warga. Menurut Bambang, wayang sebagai obyek kesenian tradisional yang membutuhkan pelestarian, memerlukan inovasi agar tidak ditinggalkan penonton.
Dikatakan pentas ini konsepnya berbeda dengan wayang pelataran. Diawali dengan karnaval, para pendukung acara seolah-olah diajak maju ke medan laga. Menyinggung adanya perubahan jadwal, Bambang mengatakan itu yang paling bagus, mengingat suasana di lapangan seperti itu.
"Kalau saya sependapat yang di lakukan Pemkot Surakarta dan saya kira warga kota ini juga tidak ada masalah," katanya.