REPUBLIKA.CO.ID, BIAK -- Pihak PT Angkasa Pura 1 (Persero) sebagai otoritas pengelolaan operasional bandara Frans Kaisiepo Kabupaten Biak Numfor, Papua selama kurun waktu dua tahun (2012-2013) mengalami kerugian hingga Rp 47 miliar.
General Manager PT Angkasa Pura 1 bandara Internasional Frans Kaisiepo Biak, Mervin Butarbutar usai peringatan 50 tahun emas, Kamis mengakui, kerugian pengelolaan bandara Frans Kaisiepo Biak pada 2012 mencapai Rp 22 miliar dan 2013 naik menjadi Rp 25 miliar akibat minimnya penerbangan menyinggahi Biak. "Meski operasional bandara Frans Kaisiepo Biak merugi setiap tahun tetapi pihak Angkasa Pura 1 tetap eksis melakukan tugas rutin sebagai otoritas pengelola jasa penerbangan di daerah ini," ungkap Mervin.
Ia mengakui, apalagi dengan penghentian operasionan perusahaan Merpati membuat pihak pengelola jasa kebandaraan PT Angkasa Pura 1 Frans Kaisiepo terkena imbas karena berkurangnya penerbangan ke Biak. Ia juga berharap kondisi penghentian operasional Merpati segera teratasi sehingga jasa kebandaraan Internasional Frans Kaisiepo makin ramai serta berdampak dengan pemasukan uang ke daerah.
"Merpati berhenti beroperasi tidak hanya mengurangi penumpang saja tetapi dengan stopnya perusahaan penerbangan itu telah memperkecil pemasukan perusahaan bagi pengelolaan jasa kebandaraan di Biak," ungkap Mervin.