REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Perilaku geng motor Tangki yang sebagian besar merupakan pemuda sudah memprihatinkan. Ini terbukti dengan tindak kejahatan yang dilakukan mereka pada Ahad (16/2) lalu, yang melukai dua warga Pondok Gede, Jakarta Timur.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto mengatakan, geng motor berawal dari sebuah kelompok yang tidak konsisten kemunculannya. ''Kelompok tersebut itu muncul hilang, muncul hilang,'' kata dia, Kamis (20/2).
Mereka yang membentuk kelompok memiliki kesamaan ide dan dan hobi akan motor. Namun mereka minim pembimbing untuk mengarahkan ke perilaku positif.
Semakin lama berjalan, kelompok yang sudah saling kenal dan tingginya intensitas berkumpul mulai merasa untuk mengembangkan kelompoknya. ''Mereka menganggap kelompoknya kurang dikenal atau dianggap kurang ada apa-apanya,'' kata Rikwanto.
Akhirnya, melalui intensitas mereka berkumpul mereka pun kedatangan orang baru yang biasanya lebih senior dan berpengalaman dalam kelompok motor dari mereka. Pemuda-pemuda tanpa arah ini ingin melakukan perubahan agar lebih dikenal.
Perkembangan kelompok terjadi, seperti adanya aturan baru yang diterapkan dikelompok mereka. Untuk hal ini, mereka menginginkan keekstriman dalam melakukan segala hal yang berkaitan dengan motor.''Seperti kebut-kebutan tidak pakai rem dan hanya pakai kopling saja,'' kata Rikwanto.
Tidak hanya selesai dikebut-kebutan saja. Rikwanto menjelaskan, peraturan mereka juga lebih meningkat agar lebih dikenal. Terutama dalam penerimaan anggota baru yang dinilai menjadi acuan besarnya sebuah kelompok motor.
Mereka merekrut anggota baru dengan cara tertentu seperti melakukan baiat hingga bertindak yang menjurus kepada perilaku kriminal untuk anggota baru. Mereka juga menggunakan atribut tertentu yang dapat menunjukkan identitas mereka agar dikenal orang sebagai geng yang berkuasa.
''Sampai akhirnya nama kelompok mereka pun diubah menjadi lebih seram untuk mendukung kelompok mereka,'' kata Rikwanto.
Sementara, masyarakat awalnya tidak mengira kelompok ini bisa bertindak kriminal. Masyarakat hanya sadar mereka pemuda yang sekadar membuat onar dengan mengubah suara knalpol menjadi lebih berisik atau kebut-kebutan di jalan.
Namun, munculnya kasus penganiayaan berat di Pondok Gede menyadarkan masyarakat bahwa kelompok ini sudah semakin meresahkan.
''Awalnya masyarakat tenang-tenang saja karena hanya sebatas kebut-kebutan dan knalpot berisik, tapi kini mereka tersadar,'' kata dia.