REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam lemah dalam membuat agenda setting. Akibatnya agenda umat Islam tidak menjadi agenda media secara keseluruhan.
Sejumlah pemimpin redaksi (pimred) media nasional turut hadir dalam diskusi terbuka 'Islam dan Media Berita'. Di antaranya Pimred Republika Nashihin Masha, Pimred Jurnal Nasional Budi Winarno, Pimred Liputan 6 SCTV Mauluddin Anwar dan Pimred media online Detik.com Arifin Asydhad. Serta beberapa tamu dari kalangan jurnalis dan pemerhati pers nasional.
Dalam diskusi itu Nashihin Masha mengkritisi lemahnya umat Islam membuat agenda setting dalam merangkul media. Kegagalan beberapa kalangan umat Islam merangkul media ini menjadikan agenda umat Islam ini tidak menjadi agenda media secara keseluruhan. Dan ketika tidak menjadi agenda bersama dari media, ini juga tidak menjadi agenda pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.
Realistas yang terjadi itu di masyarakat cukup banyak, namun menurut dia, hanya sedikit yang realitas media untuk diangkat sebagai berita. Dikatakannya, tugas media adalah melihat suatu permasalahan yang sangat menonjol di masyarakat. Jadi, kata dia, bagaimana pesan Islam yang benar bisa disampaikan ke media tergantung bagaimana kalangan Islam mengemasnya.
Faktor lain adalah ideologi tertentu dari media dan kekuatan internal serta eksternal yang dapat menekan media tersebut. "Ini semua bisa mempengaruhi pemberitaan media terhadap Islam," ujarnya.
Nashihin mengingatkan di era demokrasi dan kebebasan pers saat ini yang menjadi penekanan adalah kompetisi dan profesionalisme. Termasuk profesionalisme jurnalis muslim dan kalangan Islam mensiasati media agar pemberitaan tidak cenderung negatif dan menyudutkan Islam.