Rabu 19 Feb 2014 10:47 WIB

Gunung Kelud Masih Mengancam

Gunung Kelud yang masih berstatus awas pasca erupsi.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Gunung Kelud yang masih berstatus awas pasca erupsi.

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI--Gunung Kelud (1.730 mdpl) di Jawa Timur yang meletus, Kamis (13/2) sekitar pukul 22.50 WIB masih menyisakan ancaman banjir lahar dingin karena kini ada jutaan kubik material vulkanik di lereng yang mudah longsor tergerus air hujan.

Apalagi, berdasarkan catatan Pos Pengamatan Gunungapi Kelud Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, gunung tersebut saat ini juga masih dalam status Awas dengan sejumlah gempa tremor.

Letusan besar Gunung Kelud telah melontarkan material vulkanik jutaan kubik hingga mencapai ketinggian 50 ribu kaki lebih. Abu vulkanik bahkan menyebar hingga ke Jawa Tengah dan Jawa Barat. Erupsi ini telah mengakibatkan empat korban jiwa, rusaknya areal pertanian dan infrastruktur serta menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat.

Kerugian materiil akibat peristiwa tersebut diperkirakan mencapai Rp1,2 triliun.

Setelah letusan besar pada Kamis (13/2) malam, Gunung Kelud yang berada di wilayah administratif Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang ini aktivitasnya cenderung turun. Meski demikian, statusnya masih Awas.

Staf Informasi dan Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya Eko Prasetyo mengatakan, erupsi gunung biasa akan diikuti dengan peningkatan kondensasi di atmosfer sekitarnya sehingga memicu terjadinya hujan dengan intensitas cukup tinggi.

"Hujan dengan intensitas tinggi bisa mengelontor material vulkanik yang mungkin masih tersisa di puncak gunung. Dengan demikian, akan berpotensi menimbulkan banjir ataupun longsor. Itu yang harus diwaspadai," kata Magister Bidang Lingkungan Institut Teknologi 10 November Surabaya ini.

Menurut Eko, kondensasi atmosfer tersebut akan terus terjadi seiring dengan aktivitas gunung. Jika aktivitas gunung menurun, tingkat kondensasi biasanya juga mengalami hal yang sama, begitu sebaliknya.

Oleh karena itu, jika status Gunung Kelud yang hari ini rencananya akan ditinjau ulang oleh PVMBG, masih Awas, maka kemungkinan tingkat kondesasi juga cukup tinggi sehingga potensi hujan juga besar. "Masyarakat sebaiknya mengikuti instruksi aparat di lapangan. Kalau memang harus tetap di pengungsian, sebaiknya di pengungsian, karena banjir lahar dingin juga berbahaya," katanya.

Hal senada juga diungkapkan Kepala (PVMBG) M Hendrasto bahwa banjir lahar dingin bisa terjadi ketika curah hujan cukup tinggi terjadi di kawasan puncak Gunung Kelud.

"Kalau hujan lebat bisa saja lahar dingin turun dan tingkat berbahayanya juga tinggi, karena saat turun bisa sampai batu besar-besar," katanya.

Karena itu, masyarakat diharapkan menjauhi lokasi yang menjadi kantung-kantung lahar, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Status Gunung Kelud pun sampai saat ini masih Awas. PVMBG minta agar jarak 10 kilometer dari kawah harus steril.

Sementara itu, Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), memperkirakan saat ini ada sekitar 50 juta meter kubik material sisa erupsi di sekitar lereng Gunung Kelud.

Untuk mengantisipasi banjir lahar dingin yang semakin parah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui pesan singkat mengatakan, BNPB telah membangun sabo sabo dam yang mampu menampung 14,5 juta meter kubik. Sungai-sungai yang ada menampung 14 juta meter kubik, sehingga dam sabo dan sungai mampu menampung 28 juta meter kubik.

Meski demikian, masyarakat diimbau tetap waspada, menjauhi bantaran sungai, utamanya yang berhulu di puncak Gunung Kelud , saat banjir lahar dingin. Sebab, debit air yang tinggi bisa melimpas atau meluap ke sekitarnya. "Arus lahar dingin kuat dan merusak," kata Sutopo menambahkan.

Hujan yang mengguyur kawasan puncak Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang ini pada Selasa (18/2) sore telah berdampak menimbulkan banjir lahar dingin di sejumlah tempat.

Di Kediri, banjir lahar dingin telah merusak tanggul, jalan terputus dan areal pertanian rusak. Dampak terparah banjir lahar dingin ini dirasakan di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri.

Ketua Bdang Penerangan dan Informasi Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Kabupaten Kediri, Adi Suwignyo mengutip laporan laporan Camat Kandangan menyebutkan, tanggul Oro-oro Ombo, Desa Karang Tengah jebol di dua tempat masing-masing jebol sepanjang 15 meter dan 30 meter.

Selain itu, sekitar 50 hektare sawah yang ditanami tebu dan padi tergenang dan kandang ayam milik Budiono yang berisi 15 ribu ayam hanyut. Jalan yang menghubungkan Dusun Blimbing dengan Dusun Wangkalkerep juga terputus sepanjang 20 meter.

Bahkan, akses jalan dari Kabupaten Kediri menuju Malang sempat ditutup akibat aliran lahar dingin yang melewati Sungai Konto, Kabupaten Kediri, akibat curah hujan yang mengguyur kawasan puncak Gunung Kelud tinggi.

Sementara itu, luapan lahar dingin Gunung Kelud yang melanda wilayah Kabupaten Kediri tersebut tidak terlalu dirasakan dampaknya di wilayah Kabupaten Blitar. Sejumlah sungai yang berhulu di puncak Gunung Kelud tidak menunjukkan peningkatan debit air yang signifikan.

Kali Lekso dan Kali Semut di Kecamatan Wlingi, serta Kali Jari dan tanggul lahar Kali Putih daerah Sumberejo, Kecamatan Talun, hingga pukul 21.00 WIB tak terjadi luapan banjir lahar dingin.

Aliran air Kali Lekso terlihat sedikit meningkat dengan warna keruh, namun oleh warga dianggap sebagai hal biasa, sama seperti saat terjadi hujan di hulu. Sementara aliran air di Kali Semut dan Kali Jari, cukup jernih walau sedikit membesar dari biasanya.

Warga Sumberejo di bawah tanggul lahar Kali Putih Sumberagung, mengemukakan banjir lahar belum sampai daerah tersebut. "Di hulu Sumber Agung kabarnya sudah ada aliran lahar, tapi di sini masih biasa saja, normal, aman," kata Tarminingsih, warga Sumberejo.

Memang, aktivitas Gunung Kelud pasca-erupsi pada Kamis (13/2) kini cenderung turun, tapi masih dinyatakan dalam status Awas. PVMBG rencananya hari ini akan meninjau ulang status tersebut. Namun demikian, ancaman Gunung Kelud dari sisa letusannya tetap nyata. Banjir lahar dingin bisa menyapu kawasan yang dlintasi. Sifat banjir lahar dingin sangat kuat dan merusak.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement