REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sejumlah harapan mengalir mengiringi derap baru Prof Dr Din Syamsudin yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selain masih banyak 'pekerjaan rumah' MUI yang belum terselesaikan, MUI diharapkan bisa menjadi pegangan umat Islam secara utuh, baik dari segi fatwa, kebijakan, dan himbauan kepada umat Islam.
Seperti diungkapkan Komisaris Utama Ikatan Da'i Indonesia (IKADI), Prof Dr KH Ahmad satori Ismail yang tak lain adalah teman masa kecil Din sendiri. Ia mengatakan, masih sangat banyak yang perlu diselesaikan MUI, salah satunya untuk membendung aliran sesat yang dirasa masih belum maksimal.
"Sepengetahuan saya setelah lima tahun berada di komisi dakwah dan sekarang berada di komisi fatwa, banyak yang harus dikerjakan MUI. Salah satunya, aliran sesat yang tumbuh dan berkembang," tuturnya kepada Republika, Selasa (18/2).
Menurut KH Satori, MUI perlu menyikapi penyebaran aliran sesat dengan cara yang bijak. Banyak kasus aliran sesat malah berujung pada pertikaian dan kerusuhan di tengah-tengah masyarakat.
"Ini perlu ditangani secara bijak. Yang lebih penting adalah, bagaimana menjaga dan membentengi umat untuk mempunyai daya imunitas. Sehingga tidak tergoda dengan maraknya aliran sesat," paparnya.
Selain persoalan aliran sesat, persoalan mempersatukan umat Islam pada hari raya dan awal masuk bulan Ramadhan juga menjadi permasalahan yang belum mencapai titik temu. Muhammadiyah sebagai institusi yang dipimpin Din kerap berselisih faham dengan ketetapan Kementrian Agama. Satori mengharapkan, dengan posisi Din sebagai ketua MUI, diharapkan bisa menyatukan umat Islam untuk bisa bersama-sama berpuasa dan berhari raya.
"Ini suatu tugas yang besar, mempersatukan umat di hari raya dan awal puasa. Semoga Pak Din bisa menghilangkan berbagai mancam pertentangan dalam khilafiyah ini," pesannya lagi.