REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Kalangan akademisi, konsultan, cendekiawan dan pengusaha di Kota Surabaya memberikan dukungan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini agar tidak mundur dari jabatannya.
"Intinya kami ingin wali kota tetap tegar, tidak mundur. Apa pun yang terjadi kami siap memberi dukungan sepenuhnya. Wali kota tidak sendiri, ada warga Surabaya di sini," kata Pakar ITS Daniel M. Rosyid bersama pakar lainnya saat menemui wali kota di Balai Kota Surabaya, Senin.
Niat mundur yang sempat dilontarkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beberapa waktu lalu mendapat respons dari berbagai elemen masyarakat.
Berawal dari gerakan jejaring sosial media yang menamakan diri "Save Risma" hingga unsur masyarakat yang terang-terangan menyatakan dukungannya agar wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan tersebut tetap bertahan.
Sejumlah tokoh dan pakar yang hadir di Balai Kota antara lain, mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof. Sentot Suadmaji, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Ismail Nachu, Direktur Regional Economic Development Institute (REDI), Dosen FISIP Unair Bustomi, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS Yogha, dan perwakilan Yayasan Al-Falah Nur Badri.
Menurut Rosyid, pihaknya pertama kali mengetahui keinginan wali kota untuk mundur saat melihat acara talkshow di salah satu stasiun televisi swasta.
Pada acara tersebut, kata Rosyid, terlihat sekali tekanan yang sangat besar pada diri wali kota sampai-sampai terucap niatan mundur dari jabatan.
Setelah itu, lanjut dia, muncul perbincangan dari pakar dan akhirnya sepakat mendukung wali kota tetap menjabat, setidaknya hingga periode berakhir.
Hal senada juga disampaikan Ismail Nachu. Menurut dia, Tri Rismaharini merupakan sosok pembawa perubahan bagi Kota Surabaya. Di bawah pimpinannya, Surabaya berhasil meraih prestasi membanggakan.
"Kemajuan kota ini tidak hanya diapresiasi berupa penghargaan skala Nasional, tapi juga sudah diakui dunia. Saya yakin itu juga dirasakan warga Surabaya," katanya.
Dukungan juga datang dari kalangan mahasiswa. Perwakilan BEM ITS, Yogha, menuturkan sejak ditayangkannya episode talkshow yang menayangkan niat wali kota mundur, banyak simpati berdatangan dari BEM universitas-universitas daerah lain.
"Singkat kata, kami seluruh elemen mahasiswa, khususnya di Surabaya sepakat akan mendukung wali kota Risma. Bahkan, kami siap menjadi bemper wali kota demi keberlangsungan pembangunan di kota ini," ujarnya.
Menyikapi dukungan tersebut, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan terima kasih. Ketika menerima rombongan, dia menyatakan bahwa tekanan pikiran merupakan hal yang paling berat yang dialaminya selama menjabat wali kota.
Risma tidak memungkiri disamping problem perkotaan, berbagai tekanan juga kerap dialamatkan kepadanya, sehingga tidak jarang hal tersebut memengaruhi kondisi kesehatan mantan Kepala Bappeko ini.
"Saya bahkan pernah tidak makan selama tujuh hari, hanya minum saja. Karena memang tidak ada nafsu makan gara-gara seminggu penuh ada hal negatif yang menerpa kota ini," katanya.
Di sisi lain, dia menegaskan sama sekali tidak pernah mengomando gerakan dukungan terhadap dirinya. Justru, orang nomor satu di pemkot Surabaya tersebut memberi instruksi untuk mencopot spanduk/baliho yang bertuliskan "Save Risma".
Kepala Bakesbangpol dan Linmas Surabaya, Soemarno mengatakan hari ini saja (17/2) pihaknya menertibkan 15 baliho dengan tulisan "Save Risma". Baliho tersebut didapati di sejumlah titik, seperti Jl. A. Yani, Basuki Rahmat, Darmo, dan beberapa ruas jalan lainnya."Kebanyakan itu spanduk/baliho milik seseorang yang dipilox dengan tulisan 'Save Risma'," katanya.