REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Sejumlah pengungsi di Kabupaten Kediri mulai stres setelah tiga hari berada di posko pengungsian. Lantaran kondisi tersebut, pengungsi mulai banyak yang mengeluh pusing dan hipertensi.
Warga Dusun Satak, Desa Satak, Kecamatan Puncu, Isti (35 tahun) mengaku harus kembali ke rumah karena orang tuanya yang sudah jompo tidak betah berada di pengungsian. Keluarga Isti mengungsi di Kecamatan Pare pada Jumat (14/2), namun memilih kembali ke rumah sehari kemudian.
"Orangtua sudah jompo, kalau harus tinggal di pengungsian tidak betah," ungkapnya, Ahad (16/2).
Dari pantauan Republika di posko pengungsian di SD Siman 1, Kecamatan Kepung, pengungsi menempati enam ruang kelas. Sekitar 300 pengungsi menggunakan tikar untuk alas tidur. Untuk kebutuhan air bersih, satu tandon air tersedia di halaman SD.
Dari catatan Dinas Kesehatan, sejumlah penyakit mulai dirasakan pengungsi. Sebanyak 130 orang mengeluh pusing dan 73 orang menderita maag. Sementara, 70 orang lainnya menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Adi Laksono mengatakan pusing dan maag dikeluhkan karena daya tahan tubuh pengungsi mulai melemah. "Pusing juga bisa dipicu stres," ujarnya, Ahad.
Dinas Kesehatan sudah menyiapkan tiga orang petugas di setiap posko pengungsian. Persediaan obat dinilai juga sudah mencukupi. Namun, kebutuhan pengungsi seperti selimut masih harus ditambah.