REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Sejumlah korban bencana tanah longsor di Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai mempertimbangkan peluang melakukan transmigrasi mengingat tempat tinggalnya berada di daerah rawan bencana tanah longsor.
"Informasi yang kami peroleh, sejumlah warga Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus, yang terkena dampak bencana tanah longsor memang mulai mempertimbangkan untuk transmigrasi," kata Kepala Desa Rahtawu, Sugiyono, di Kudus.
Warga yang tertarik melakukan transmigrasi tersebut, kata dia, merupakan warga yang rumahnya sudah tidak bisa ditempati maupun dalam kondisi terancam tanah longsor. Keinginan tersebut, kata dia, sebagai alernatif, jika wacana relokasi tidak juga terealisasi.
"Hingga kini, mereka masih berharap bisa direlokasi. Jika terealisasi, tentunya lebih memilih relokasi dibanding dengan transmigrasi," ujarnya.
Sejumlah warga yang tertarik transmigrasi, katanya, ada yang berasal dari Dukuh Semliro yang memiliki jumlah keluarga 250 keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 700 jiwa, serta dari Dukuh Wetan Kali yang miliki jumlah keluarga sebanyak 417 keluarga dan 1.800 jiwa.
"Hanya saja, untuk memastikan keinginan mereka memang perlu didata kembali, mengingat banyak hal yang harus dipertimbangkan," ujarnya.
Koordinator Bencana Alam Desa Rahtawu, Sugiarto membenarkan, memang ada beberapa keluarga yang tertarik untuk transmigrasi. "Jumlah keluarga yang sudah mengutarakan niatnya itu ada delapan keluarga dengan cara transmigrasi mandiri," ujarnya.
Hanya saja, dia meminta, mereka untuk memastikan kelayakan daerah yang akan menjadi tujuan tranmigrasinya.
Berdasarkan hasil pendataan, kata dia, terdapat 116 rumah penduduk yang terkena dampak bencana tanah longsor dengan kondisi rumah rusak berat, rusak sedang dan ringan.
Dari jumlah tersebut, sebanyak enam rumah tersebar di Dukuh Krajan, tiga rumah di Dukuh Gingsir, 26 rumah di Dukuh Semliro dan 81 rumah di Dukuh Wetan Kali.
Tubadi, salah seorang warga Desa Rahtawu mengakui, bersedia transmigrasi jika sejumlah warga memang menerima tawaran tersebut.
"Jika mayoritas warga sepakat dengan tawaran transmigrasi, tentunya saya juga ikut, karena rumah saya juga tidak bisa ditempati," ujar bapak satu anak itu.