Ahad 16 Feb 2014 09:09 WIB

Pakar: Banjir di Manado Harus Diatasi Secara Sistemik

Seorang warga membersihkan lumpur rumahnya setelah terendam banjir di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (16/1). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sulut menyatakan banjir telah menelan 15 korban, 6 di Manado , Tomohon 5 dan Minahasa 4 korban jiwa.
Foto: ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar
Seorang warga membersihkan lumpur rumahnya setelah terendam banjir di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (16/1). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sulut menyatakan banjir telah menelan 15 korban, 6 di Manado , Tomohon 5 dan Minahasa 4 korban jiwa.

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Pakar hidrologi Sulawesi Utara Doktor Bartje Assa mengatakan, masalah banjir di Manado harus diatasi secara sistemik.

"Penanggulangan banjir di Manado tidak dapat dilakukan secara parsial, sebab harus dilakukan dari hulu sampai ke hilir," kata Bartje di Manado.

Ia mengatakan, untuk mengatasi masalah tersebut, semua stakeholder harus duduk bersama mulai dari pemerintah dan swasta untuk membicarakan tentang mitigasi bencana banjir dan membuat rencana penanggulangan terpadu.

Ia menyebutkan, penyebab terjadinya banjir di Manado sebenarnya bukan hanya satu. Mulai dari pola hidup masyarakat hingga pengembang yang tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan pembangunan.

Bartje mengatakan, semua pengembang di kawasan boulevard Manado, tidak bertanggungjawab dalam melaksanakan pembangunan, saat penimbunan baru dilakukan.

"Seharusnya para pengembang tersebut membuka outlet yakni saluran air yang sebelumnya ada, agar saat hujan turun bisa langsung kelaut tidak tertahan lama di daratan sehingga menyebabkan banjir," katanya.

Ia mengatakan, kondisinya sekarang meskipun ada saluran pembuangan yang disediakan, tetapi justru lebih kecil dan berbentuk "botle neck". Akibatnya begitu ada hujan sedikit saja, maka langsung menyebabkan terjadinya banjir di kawasan tersebut.

Menurutnya jika memang mau ikut memecahkan masalah banjir di Manado, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan membuat desain ulang saluran air yang ada di kawasan tersebut.

"Salah satunya adalah dengan membuat saluran di antara gedung-gedung di kawasan tersebut, dengan lebar yang cukup sekitar tiga meter, tetapi tentu saja harus tertutup agar tidak mengganggu kenyamanan para pengusaha di kawasan tersebut," katanya.

Ia mengatakan saluran tersebut harus dibuat sebanyak mungkin, sehingga cukup untuk mengalirkan air dari daratan kelaut, terutama saat terjadi hujan dalam intensitas yang cukup tinggi.

Selain itu ia mengatakan, pemerintah harus menegakan aturan tentang hal tersebut, sehingga para pengembang akan patuh dan mau melaksanakan hal tersebut, karena ini sudah berhubungan dengan kehidupan banyak orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement